"Sayang... kamu tidak menyesal kan?" tanya Biru sembari fokus menggoreskan kuas pada kanvas.
"Menyesal kenapa?" Gia pun kembali bertanya karena tidak paham dengan maksud Biru.
"Menjadi istriku." ucap Biru yang masih fokus dengan lukisannya.
"Kenapa harus menyesal mas? Aku bahagia kok... mas Biru masih lama lukisnya?"
"Kenapa emangnya?"
"Biasanya, kalau mas Biru udah tanya kayak gitu, pasti habis itu minta dipeluk. Sebelum mas Biru minta, aku mau peluk dulu. Tapi aku nggak bisa lari kesana, kan kata mas Biru aku nggak boleh gerak biar lukisannya bagus." ucap Gia polos.
Selama Gia menjadi seorang istri, setiap hari selalu membuat Biru terkejut hanya karena tingkahnya. Banyak rutinitas yang mereka lakukan untuk menjaga pernikahan mereka agar tidak membosankan.
"Hahaha kamu masih... aja bikin mas gemes, ya boleh dong sayang... kan nanti tinggal duduk seperti semula."
"Nggak ah, nanti aja peluknya."
"Kelamaan dong..."
"Lagian ngapain sih mas Biru ajak aku main ke taman terus pakai pakaian seperti ini? Pakai stetoskop juga. Ini kan weekend mas... aku malu dilihatin orang." beo Gia.
"Emangnya kenapa? Aku tuh mau pamer ke semua orang, kalau istriku seorang dokter. Nanti, lukisan ini akan aku pamerkan saat pameran kedua nanti." Biru sangat bangga memiliki istri seperti Gia.
"Ck... masa istrinya dipamerin? Tapi nggak pa-pa deh, yang penting dapat novel baru. Mas jadi beliin novel kan? Kata mas kan kalau aku mau dilukis, nanti bebas mau novel apa aja."
"Iya sayang... boleh, bebas mau pilih apa aja. Asal ini biar selesai dulu ya?? Dikit lagi kok..."
"Iya mas..."
Hening sesaat karena Biru fokus untuk menyelesaikan lukisannya. Namun Gia sangat bosan jika tidak mengajak suaminya ngobrol.
"Mas..." panggil Gia.
"Hmm? Kenapa sayang?"
"Jangan diem... nanti aku ngantuk mas..."
"Ya udah, kamu ngomong."
"Masa ngomong sendiri?"
"Enggak dong... nanti mas respon juga..."
"Nggak mau ah, nanti ganggu mas."
Seperti itulah Gia, Biru baru tahu jika Gia sangat cerewet. Tetapi Biru justru menyukai tingkah aneh Gia.
"Ya udah, kalau nggak mau ngomong, nyanyi aja. Suara kamu kan bagus."
"Tapi aku nggak suka nyanyi."
"Kamu tuh lucu sayang, suara kamu bagus tapi nggak suka nyanyi atau bahkan sekedar musik."
"Bukannya nggak suka mas, tapi aku nggak terlalu suka berisik."
"Suara kamu tuh merdu, bukan berisik."
"Ishhh malah bahas suaraku. Itu lukisnya udah selesai? Atau masih berapa lama?"
Biru menggerakkan kuasnya untuk membentuk satu goresan yang menandakan lukisan itu sudah selesai.
"Selesai...."
Gia langsung menghampiri Biru untuk melihat hasilnya.
"Wahhhh bagus banget... keren banget sih suami Gia." refleks Gia memeluk Biru dan menciumnya.
Meski sudah SAH, Biru masih sering kaget, bahkan jantungnya kerap kali berdegup kencang ketika mendapat perlakuan refleks dari istrinya sendiri.
"Sayang... janji ya... jangan pernah tinggalin aku. Serumit apapun masalah dalam rumah tangga, kita harus selalu berpegangan. Aku nggak mau kehilangan rumah untuk kesekian kalinya. Karena hanya Gia yang bisa menjadi Rumah untuk Biru."
Gia merenggangkan pelukannya lalu menatap suaminya lekat.
"Tapi mas curang!"
"Kok curang?"
"Mas nggak pernah bilang 'Love You' padahal setiap bangun tidur aku selalu mengucapkannya." ucap Gia cemberut.
"Karena, ada kata yang jauh lebih indah dibanding dengan kata itu." Biru menyeringai penuh arti.
𝑯𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂...
𝑇𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑘𝑎𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑚𝑒𝑛𝑒𝑚𝑎𝑛𝑖 𝐵𝑖𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑛 𝐺𝑖𝑎 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑖𝑛𝑖.
𝑺𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒕𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂𝒍𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒆𝒋𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒕𝒆𝒍𝒂𝒉 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒄𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒆𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒗𝒐𝒕𝒆 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒎𝒆𝒏𝒕𝒂𝒓.
𝑵 𝒐 𝒕 𝒆 !
𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒉𝒂𝒏𝒚𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒇𝒊𝒌𝒔𝒊 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒌𝒂. 𝑲𝒆𝒔𝒂𝒎𝒂𝒂𝒏 𝒏𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒌𝒆𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌𝒔𝒆𝒏𝒈𝒂𝒋𝒂𝒂𝒏. 𝑯𝒂𝒍 𝒍𝒂𝒊𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒅𝒖𝒌𝒖𝒏𝒈 𝒂𝒅𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒎𝒂𝒂𝒏 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒖𝒎𝒃𝒆𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒔𝒂𝒎𝒂𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒎𝒖𝒓𝒏𝒊 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒇𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏𝒊 (𝑮𝒐𝒓𝒆𝒔𝒂𝒏 𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂) 𝒃𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 𝒑𝒍𝒂𝒈𝒊𝒂𝒕.
⚠️𝑫𝒊𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈⚠️
𝑫𝒊𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒎𝒆𝒏𝒋𝒊𝒑𝒍𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒃𝒆𝒏𝒕𝒖𝒌 𝒂𝒑𝒂𝒑𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒌𝒂𝒓𝒚𝒂 𝒊𝒏𝒊 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈𝒊 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝑼𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈-𝑼𝒏𝒅𝒂𝒏𝒈 𝑯𝒂𝒌 𝑪𝒊𝒑𝒕𝒂©️
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]
Mystery / Thriller𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 : 𝑭𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏𝒊 𝑫𝒆𝒔𝒂𝒊𝒏 𝑪𝒐𝒗𝒆𝒓 : @𝒏𝒂𝒏𝒅_𝒈𝒂𝒍𝒍𝒆𝒓𝒚 ☁️☁️☁️ 𝐵𝑙𝑢𝑟𝑏 : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑛𝑐𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑘�...