𝑻𝒊𝒈𝒂𝒃𝒆𝒍𝒂𝒔 - 𝑩𝒆𝒃𝒂𝒔

2.3K 206 6
                                    

Sudah dua hari Biru berada di sebuah ruangan berwarna putih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah dua hari Biru berada di sebuah ruangan berwarna putih. Ruangan itu tidak memiliki jendela bahkan pintu saja tidak terlihat. Ruangan kosong tanpa kamar mandi bahkan ranjang. Hanya ada dinding, lantai, dan atap saja.

Selama dua hari, tidak seorangpun datang menemuinya walau sekedar memberinya makan atau hanya minuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama dua hari, tidak seorangpun datang menemuinya walau sekedar memberinya makan atau hanya minuman. Tubuhnya tergeletak di lantai dengan selang infus yang menempel di pergelangan tangannya. Tubuhnya benar-benar lemah, tidak ada lagi energi yang tersisa.

Kepalanya selalu pusing karena warna antara atap, dinding, dan lantai sama. Dengan cahaya yang cukup terang.

Tiba-tiba seseorang datang membuka pintu ruangan tersebut. Meski hanya sebuah bayangan yang Biru lihat sebelum dia kehilangan kesadaran. Tapi dia tahu jika yang datang adalah Gia.

Gia datang bersama Ghaaza. Dia berlari ke arah Biru dan coba melepas selang infus, serta borgol yang ada di kakinya.

"Dek.. celananya basah, kayanya dia buang air karena kakinya diborgol. Biar mas yang bantu dia jalan. Kamu hubungi Ghaazy, minta dia ke taman belakang aja. Takutnya nanti di depan security nya udah sadar." perintah Ghaaza sembari membantu Biru berdiri.

"Iya mas.. Gia telepon mas Ghaazy dulu."

Karena di dalam ruangan tidak menjangkau signal yang bagus, Gia coba keluar. Sialnya disaat Gia hendak keluar, terdengar suara langkah kaki menuju ke arahnya. Dengan segera Gia masuk kembali.

"Kenapa dek?" tanya Ghaaza bingung karena tiba-tiba Gia kembali masuk.

"Di luar ada orang mas." jawab Gia panik, dia takut jika ketahuan.

Sembari menunggu situasi aman. Gia duduk di samping Biru yang kesadarannya belum kembali. Gia memandang sendu pria yang sering menjahilinya terkapar tak berdaya. Biru mengenakan baju pasien yang selama ini dia tolak untuk memakai.

"Dia kalau kelamaan disini bisa lumpuh bahkan mati. Infus itu bercampur dengan obat yang bisa melumpuhkan." ujar Ghaaza menjelaskan.

Mendengar penuturan kakaknya, Gia dilanda cemas.

𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang