Sesuai janji Gia pada Biru, kini dia sudah menunggu Biru di taman belakang rumah sakit. Tidak berselang lama, Biru datang dengan senyuman jahilnya.
"Sore dokter Gia.." sapa Biru sembari duduk di samping dokter Gia.
"Sore Biru.." jawab Gia lembut.
"Maaf ya dok lama nunggu, tadi aku mandi dulu biar wangi hehe.." ucapnya cengengesan.
"Kata sus Nita kamu nggak pernah mandi tuh.." ledek Gia.
"Ck.. enak aja, aku rajin mandi ya.."
"Hahaha.. hmm Biru.. langsung to the point boleh? Soalnya aku dijemput mas sebelum maghrib." pinta Gia.
"Yah.. cuma sebentar dong?"
"Ini kan masih jam 4 Biru.. masih ada 2 jam kok."
"2 jam sama dokter Gia itu rasanya sebentar." goda Biru.
"Biru.. jangan bercanda terus ah, yuk mulai aja. Kamu boleh ceritain apapun yang menurut kamu perlu diceritain. Aku janji bakal bantu kamu selama aku mampu."
"Romantis banget sih.. hehe"
"Biru.."
"Iya iya.." Biru memulai ceritanya dengan tarikan napas yang panjang sebelum melanjutkan.
"Beberapa hari yang lalu aku udah cerita sama kamu saat di galeri. Tapi banyak hal yang belum aku ceritakan. Apalagi tentang segala keanehan yang aku rasakan belakangan ini. Kamu lihat kan, kemarin saat aku bangun, badanku tiba-tiba sakit dan nggak bisa digerakin. Belakangan ini sus Nita tidak pernah ada jadwal sift malam lagi. Dan anehnya, setiap jam 9 malam. Selalu ada satu perawat laki-laki dan seorang dokter yang datang untuk menyuntikku." Biru memenggal kalimatnya sejenak namun dengan cepat Gia memberi reaksi.
"Dokter? Siapa? Harusnya dokter kamu itu aku, nggak ada yang lain. Tiap bangsal atau kelas itu sudah ada dokternya masing-masing. Kenapa jadi ada dokter lain? Terus suntikan apa itu Biru? Sebelumnya saya tidak pernah memberi kamu obat ataupun suntikan karena tidak ada alasan kuat yang membuat aku harus memberikan itu. Karena sejauh ini kamu paling normal dibanding yang lain, dan selama tahap observasi, semuanya baik." potong Gia.
"Aku juga tidak tahu, tapi sejak orang itu memberiku suntikan, setiap pagi aku merasa seperti nggak bertulang. Badanku sakit semua dan lemah. Aku juga udah tanya itu suntikan apa, dan kenapa bukan kamu yang memberikan? Dia hanya diam. Yang aku ingat, dokter itu sama dengan dokter yang waktu itu ngobrol sama kamu." Biru lanjut menjelaskan.
"Dokter Deva? Kok dia nggak kasihtahu aku tentang apapun? Harusnya dia izin dulu dong ke aku." kesal Gia.
"Di rumah sakit ini juga banyak yang mengawasi aku, bahkan di luaran mungkin juga ada. Tapi.." belum sempat Biru selesaikan, Gia kembali memotongnya.
"Ck.. Biru.. kalau banyak yang mengawasi, kenapa kamu sering melakukan hal-hal yang membahayakan kamu? Mulai besok, kamu jangan suruh sus Nita apapun lagi, sekalipun kamu menyuruhnya tutup mulut dengan cara membayarnya. Kita nggak pernah tahu darimana datangnya kejahatan itu. Kamu juga jangan banyak mengajakku ngobrol di rumah sakit kecuali saat aku cek kamu. Jangan ada lagi pertemuan di taman ini, dan.. yang paling jangan kamu lakuin lagi adalah jangan keluar dari rumah sakit diem-diem lagi. Apalagi sampai bawa mobil seperti beberapa hari yang lalu." omel Gia.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑹𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒖𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑩𝒊𝒓𝒖 [Segera Terbit]
Misteri / Thriller𝑨𝒖𝒕𝒉𝒐𝒓 : 𝑭𝒂𝒓𝒂 𝑹𝒂𝒎𝒂𝒅𝒉𝒂𝒏𝒊 𝑫𝒆𝒔𝒂𝒊𝒏 𝑪𝒐𝒗𝒆𝒓 : @𝒏𝒂𝒏𝒅_𝒈𝒂𝒍𝒍𝒆𝒓𝒚 ☁️☁️☁️ 𝐵𝑙𝑢𝑟𝑏 : 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑔𝑖𝑡𝑢 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛𝑦𝑎 ℎ𝑎𝑛𝑐𝑢𝑟 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑛𝑡𝑎𝑘�...