2. Looks Fun

78 3 0
                                    

Auriesta itu benci orang lemah. Ia benci saat orang yang ia siksa diam saja, minimal pukul balik lah agar sedikit mengurangi rasa bersalahnya. Namun tetap saja ia tega melukai orang lain hanya demi kepuasannya sendiri. Tenang aja, ia pasti akan merasakan sakit juga. Bahkan melebihi rasa sakit dari orang yang telah dirinya aniaya.

Gadis itu melajukan mobil jazz miliknya ke luar dari parkiran namun tiba-tiba saja ia harus menginjak rem mendadak di karenakan beberapa siswa menongkrong di pagar sekolahan. Jika menuruti nafsu sudah ia tabrak gerbang Wismagama, demi Tuhan ini jauh lebih menyebalkan daripada apa pun di dunia ini.

Ia mengeluarkan kepalanya sedikit dari jendela mobil, "Woy, anjing! Lo mau minggir atau gue tabrak lo semua?!"

Teriakan beserta makian itu mengalihkan banyak perhatian. Cahaya matahari menusuk tepat di atas kepala Auriesta. Ia berusaha bersabar sampai gerombolan siswa itu menyingkir perlahan, setelah di rasa lapang ia kembali memasukkan setengah badannya yang tadi ke luar lalu melajukan kendaraannya meninggalkan ribuan umpatan dari berbagai murid.

"Siapa sih?" tanya Irel, siswa baru yang kehadirannya membuat gempar Wismagama. Ia meletakkan helm-nya di atas jok motor miliknya sembari menghampiri Raka dan Lino yang baru saja selesai memindahkan motornya ke samping gerbang.

"Biasa si Rey itu mah, cewek gila," sahut Lino santai. Seolah mengatakan orang lain gila itu hal yang biasa.

"Bisa takut juga lo, Lin!" ejek Raka.

"Eh monyet yang tiba-tiba geserin motor gara-gara diteriakin tadi juga elu yang pertama ya. Gak mau ngaku lu?" hardik Lino kesal. Pasalnya Raka ini sok iya aja, mau ia tempeleng rasanya muka menjijikan Raka ini.

Raka nyengir. "Ini tuh respon tubuh manusia kalau kaget asal lo tau ya!" lanjutnya masih berusaha membela diri.

"Pala bapak kau respon tubuh!" maki Lino sembari memukul kepala Raka dengan helm saking kesalnya. Sedangkan korban pemukulan hanya mengeluh sakit, lalu tak lama tertawa karena tak sanggup melihat wajah kesal Lino yang menggelikan.

"Rey yang telat masuk tadi bukan sih?" tanya Irel lagi menghentikan perdebatan dua curut di hadapannya.

"Yoi. Emang nakal anaknya," jawab Lino.

"Nakal yang kek gimana?" tanyanya lagi.

"Lo kumpulin aja semua elemen jahat di dunia ini, ada di Rey semua," timpal Raka lalu mendapatkan geplakan dari tangan haram Lino.

"Hiperbola banget, bangsat!"

"Tapi emang iya, 'kan? Lo lupa apa gimana tuh cewek yang bikin Bu Selly si semok gue ke luar dari sekolah tercinta ini?"

"Lah itu bukannya emang salah si Selly ya? Rumornya kan emang tuh guru problematik juga, nyari ribut sama anak pemilik sekolah. Ya kena skakmat lah itu guru," kilah Lino.

"Lah segitunya?"

"Zaman sekarang 'kan memang gitu. Lu punya duit ya lu punya kuasa. Kek lu, Rel, ribut sana sini dikeluarin dari sekolah, bukannya jadi gembel malah lanjut dia gilanya. Mana masuk Wismagama lagi, gue masuk jalur jujur aja udah di ujung banget itu nama, lah giliran lu murid problematik pindahan malah langsung di terima gitu aja," ujar Lino lagi. Ia merosot kan bahunya, pura-pura lelah.

"Iri dengki, iri dengki!" Sekali lagi kepala Raka kena tempeleng dari tangan Lino.

"Lu kalau iri bilang aja, Lin. Sini biar gue pindahin nama lu jadi paling atas deh," ucap Irel sombong.

"Gak ah, ntar dihajar Kin," sahutnya dengan nada mengejek. Karena kebetulan nama orang yang di sebut menghampiri mereka dengan wajah datar.

Kin Dananjaya, ketua OSIS Wismagama. Tampan dan berkharisma. Kriteria hanya formalitas semata. Sebab jangan lupakan kalau Kin juga bagian dari Andalas, sekelompok geng yang isinya orang-orang problematik penuh kuasa.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang