23. Patah Hati Selaras

42 5 0
                                    

"Emang gak ada kesempatan lagi ya, Rel?"

Pertanyaan atau lebih tepatnya sebuah pernyataan mengalir dengan nada putus asa dari sosok gadis yang tengah duduk di kursi dengan pandangan ke depan, mengarah pada pagar pembatas yang disandari oleh tubuh Irel. Cowok itu terkekeh pelan, kedua netranya menelusuri lapangan Wismagama yang teramat luas dari rooftop sekolah. Sesekali ia miring ke kiri hanya untuk melihat wajah Zora yang datar.

"Engga, Ra," jawabnya.

Terdengar helaan napas panjang dari si gadis. Irel mengerti akan apa yang Zora rasakan, namun ia tak bisa berbuat lebih.

"Lo cantik kenapa mau sama berandal kek gua?" tanyanya kemudian berbalik lalu duduk lesehan di lantai menghadap si gadis. Zora masih duduk di tempat yang sama, terlihat begitu elegan padahal hanya duduk biasa.

"Gua cuman suka with a man who has attracted attention since the beginning dan itu lo. I dunno kenapa bisa jadi begini, but gua beneran sesuka itu sama lo. Sorry," jelasnya seraya menunduk.

Kasihan, ya? Tapi sayang banget Zora harus suka sama cowok brengsek model Fairel Atharizz Calief ini.

Irel mengangguk paham, ia juga tau pesonanya begitu luar biasa memang. Sadar diri aja sih kalau dirinya memang sekeren itu.

"Gak perlu minta maaflah, lu gak salah ngapain coba?" decaknya bercanda. Zora mengangkat dagunya lagi, tersenyum tipis.

"Lo beneran pacaran ya sama Auriesta?"

Pertanyaan sialan.

"Kenapa sih?" kekehnya tipis-tipis. "That's my privacy btw."

"Oh oke, sorry." Dibalas dengan senyuman tipis dari si cowok. "Soalnya kalian kelihatan dekat banget akhir-akhir ini, that's all."

"Kenapa memangnya? Cemburu?" goda Irel. Memang kurang ajar cowok ini. Untungnya Zora hanya terkekeh.

"Gua banyak kurangnya ya dibanding Auriesta?"

"Damn," gumamnya. Kedua alisnya menukik tajam saat pembahasan sudah mulai ke luar dari batas normal. Irel kurang suka kalau seperti ini. "Kenapa lo bisa mikir begitu?"

"I dunno, just ask. Banding berapa perbedaan gua sama Rey yang bikin lo even gak mau noleh buat gue sama sekali. Overall gua lebih mumpuni compared to her," katanya.

Sudut bibir Irel terangkat, kini ia mulai tertarik dengan pembahasaan kali ini.

"Padahal dari awal gua gak ada ngecompare lu berdua loh, gua kasih lu kesempatan buat ngomong sedangkan gue diem aja dari tadi. Why? Why do you suddenly feel so much better than others? Padahal orang lainnya itu saudara lo sendiri," ujar Irel.

"Tiri," sahut Zora singkat.

"Wow impresif." Kaget dikit gak ngaruh wir. Irel kira mereka saudari kandung.

"That impresif haha, kenapa? Hiperbola banget gua kira lu udah tau," ucapnya. Zora berdecak pelan seraya bangkit berdiri, dengan senyum manis ia membersihkan roknya yang sedikit kotor kemudian menatap wajah Irel masih dengan wajah cantik dan senyum andalannya. "Seharusnya gua yang terkesan sama penolakan lo."

Busettttt, ngeri banget.

"Thanks ya? Gua beneran suka kok sama lo, kalau ada apa-apa just text or call me asap."

Saat gadis itu berbalik dan meninggalkannya Irel langsung memegang dadanya karena kaget. Otaknya langsung berputar keras, Wismagama isinya anak kecil semua apa gimana? Zora ngomong begitu sama dia gak mikir dulu gimana? Kek berani banget? Cantik loh padahal dia, kaget dikit enggak kaget banyak.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang