9. Tangible Form of Regret

28 3 0
                                    

Dulu saat masih kecil, Rey tak pernah tau bagaimana rasa sakitnya ditinggalkan. Namun setelah melihat kematian sang ibu di depan mata, sekarang ia tak tau bahwa kebahagiaannya hari itu adalah terakhir kalinya.

Johan semakin hari semakin mengabaikan asistensinya, tak pernah mau menggendongnya lagi, tak mau bermain bersamanya, dan tak pernah memanggilnya dengan sebutan princess lagi. Setelah satu tahun berjalan, ia sadar bahwa posisinya sudah tergantikan oleh orang lain.

Pernikahan Johan dan guru lesnya—Maria terlaksana. Ia melihat jelas bagaimana bahagianya Zora saat itu menyaksikan pernikahan papinya dengan wanita lain. Di umurnya yang baru menginjak dua belas tahun ia juga harus mengetahui sebuah fakta bahwa kematian sang ibu disebabkan oleh dua manusia yang tengah merajut kasih saat itu, berusaha membangun keluarga baru yang bahagia demi bisa melupakan masa lalu kelam yang terjadi setahun belakangan.

Mereka terlihat bahagia sekali. Mengabaikan trauma yang bocah dua belas tahun itu rasakan seumur hidupnya. Ia bahkan tak bisa tidur tanpa melewatkan detik-detik kenangan mengerikan yang terjadi di depan matanya sendiri saat itu. Di mana saat mami menembak kepalanya sendiri dengan pistol milik papi yang sampai sekarang terbungkus rapi di ruangan lantai dua. Saat itu ada Maria juga di hadapannya.

Lantas untuk apa hidupnya dipertahankan kalau kehadirannya saja tidak dipedulikan lagi. Rey ingat betul saat tubuhnya yang terbaring lemas tak berdaya di atas brankar diseret secepat mungkin oleh beberapa perawat lengkap dengan suara tangis Maria yang kencang.

Di sisa kesadarannya pun ia masih bisa lempar senyum mengejek ditambah dengusan angkuhnya yang menyebalkan pada wanita yang sedang menangisinya itu sembari berusaha mengangkat jari tengahnya padahal saat itu kedua matanya hanya bisa terbuka sebelah saja.

Namun, tak tau kapan pastinya bahwa kesadaran Rey sudah hilang total. Gadis itu sudah tak ingat apa-apa saat pandangannya yang dari tadi sudah memburam kini berganti menjadi gelap gulita.

Maria yang tak diperbolehkan masuk ke dalam ruangan di mana Rey tengah ditangani pun meluruhkan dirinya ke lantai tepat di depan pintu. Wajahnya sudah basah air mata di tambah pula kedua matanya yang membengkak luar biasa.

Makeup-nya luntur hingga ada garis hitam menghiasai wajahnya secara acak. Zora yang tadi diam saja hanya bisa memeluk sang ibu. Katakan saja bahwa ia manusia yang paling buruk di dunia, karena entah kenapa rasa bersalahnya selama ini pada Rey perlahan melebur bersama nuraninya. Sehingga ia tak merasakan apa pun dari mulai saudarinya diseret sang papi untuk dipukuli sampai tiba tubuh Rey yang kini harus segera ditangani di rumah sakit saat ini. Simpatinya sungguhan sudah mati.

"Rey, Nak! Anak Mami, Ra! Rey saudara kamu .... Nggak, Sayang, enggak! Nggak! Mami gak mau kehilangan Rey, Nak! Mami enggak mau!" Teriakan itu begitu histeris. Rasa takut membuncah ke luar dari dadanya yang terasa sesak. Tenggorokannya pedih, kedua matanya perih berair.

"Rey bakal baik-baik aja, Mi."

"ENGGAK! DIA GAK BAIK-BAIK AJA SELAMA INI!"

Raungan itu entah kenapa terdengar begitu menyebalkan di pendengaran sang anak. Tak biasanya ia seperti ini dan tak biasanya pula ia menjadi sekejam ini. Tapi rasanya menyebalkan saja karena sang mami begitu terlalu mengkhawatirkan anak tirinya yang seringkali berlaku kurang ajar padanya.

"Dia sama sekali gak baik-baik aja, Ra," keluhnya lagi saat pertahanannya mulai melemah sembari menyandarkan tubuhnya di dada sang putri. Zora berusaha tahan sesuatu yang ingin ia keluarkan dari mulutnya mengingat kondisi sang ibu yang tak bisa dikatakan baik-baik saja saat ini ia berusaha untuk urungkan itu.

"Mami udah dong jangan gini."

"Rey ...."

Maria terlihat begitu frustasi dalam tangisnya. Ia sungguh tak menyangka bahwa perkiraannya seratus persen benar. Johan mulai lagi. Jika ia terlambat sedetik saja membuka pintu ruangan itu mungkin saja nyawa Rey sudah tak bisa tertolong mengingat kondisinya yang saat ini saja jauh lebih mengkhawatirkan. Rey, gadis yang malang lagi-lagi harus menerima sakitnya seorang diri hanya karena keegoisan semata.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang