21. Gerbang Kematian di Samudra

41 5 0
                                    

"Lu suka cowok gua, 'kan? Ambil aja."

"Kalau sukanya sama lo gimana dong?"

"Ya udah gua yang ngalah."

"Apasih tolol!" Didorongnya kening Rey dengan telapak tangan besar itu. Rey mengumpat lagi dan hampir menonjok wajah Lino yang jauh terlihat lebih kesal.

"Lagian mana mau Kin sama lu bego! Makin hari gua perhatiin makin menjadi aja caper lu yang sia-sia itu," hardik Lino lagi. Ia tak menyesal sama sekali setelah mengucapkan kalimat hina itu pada gadis yang entah sejak kapan mereka menjadi cukup dekat.

Rey hanya mampu memberengut kesal. Ia hentakkan kakinya di aspal. "Mending lu kasih tau gua masalah ntar malem! Gua dengar ya tentang sirkuit samudra!"

"Buset telinga apa tembok," ejek Raka sembari menyandarkan punggungnya di pintu mobil milik Rey.

Mereka dihadang tadinya oleh gadis kecil itu setelah pulang sekolah. Beruntung Irel dan Kin berbeda arah makanya Raka dan Lino mau-mau saja meladeni Rey yang tengah tantrum di jalanan.

"Lu orang kaya tapi mobil biasa aja, gak mau ganti gitu?" tanya Raka mengomentari body mobil milik si gadis dengan tatapan heran.

Rey menggeleng pelan sebagai jawabannya. Setelahnya ia kembali mendongak untuk menatap kedua mata Lino yang masih setia berkacak pinggang.

"Ikutttt gua bisa balap!" serunya lagi dengan wajah penuh permohonan.

Lino berdecak sembari menoyor jidat si gadis dengan ujung telunjuknya. "Isss, samudra gak nerima anak kecil kek lo."

"Redflag banget lu berdua jadi cowok!" sungutnya kesal sekali. Bibirnya jadi monyong membuat Raka gemas dengan menariknya cepat.

"Gua bunuh ya lu!" pekiknya tak terima. Rey langsung mengelap cepat bibirnya dengan ujung jaket yang ia kenakan sesekali meludah ke tanah. Lino hanya tergelak menanggapi.

"Kenapa sih ngotot amat pengen ikut, gak takut apa lu? Di sana dominan cowok semua, bentukannya kek preman lagi," ujar Raka.

"Apa yang lu incer?" Lino melempar tatapan skeptis.

"Gua cewe?"

"Ya kita berdua juga tau elu cewek, gembel!"

"Itu lu sadar kalau gua cewek, nah yang jadi masalahnya tuh samudra gak terima akses cewek buat masuk. Dari dulu gua pengen ke sana, gak bisa-bisa," lirihnya.

Ia menendang kerikil di depannya pelan dengan kedua mata yang tiba-tiba menunduk. Menampakkan postur kecil sekali kalau di lihat dari atas. Itu pun jika di lihat oleh orang-orang yang lebih tinggi dari dirinya saja.

Rey lucu dan terlihat kecil banget kalau seperti ini. Meski begitu orang yang melihatnya harus melupakan fakta gelap di belakang namanya terlebih dahulu. Rey, si penyihir gila di Wismagama.

"Oh iya juga ya? Gua baru ingat," timpal Raka. Wajahnya seolah berpikir namun di detik selanjutnya ia kembali lempar tatapan datar. "Itu tandanya lu di suruh sadar diri."

"Ih apaan sih? Aneh! Gua mau ikut, gak mau tau! Lu berdua aja sering ngintilin gua yakalik gua gak bisa masuk!"

"Masalahnya tuh itu aturan dari Irel, Cil."

"Posisi Irel apaan sih? Kenapa lu berdua takut banget sama tuh cowok babi? Kin aja gua perhatiin juga gak berani," ujarnya.

"Lo tau Andalas?" Rey mengangguk. Siapa pula yang gak tau Andalas, hei. "Nah, dia leadernya btw."

"Demi apa?!"

Raka dan Lino mengangguk bersamaan.

"Ah yang bener?"

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang