7. Better Viewing Angle

34 3 0
                                    

Setelah berhasil melawan preman tadi, Irel putuskan untuk mengantar Zora ke rumahnya. Mereka berdua kini sudah sampai di depan pagar rumah gadis itu yang menjulang tinggi, keluarga kaya pikir Irel. Ia juga membantu Zora sampai masuk ke dalam rumah, menekankan belnya pula. Hingga tak lama sosok lain ke luar untuk membukakan pintu.

"Elo?!"

"Lah tinggal di sini lo?"

"Ya iyalah rumah gue!"

"Siapa ya Lea—ASTAGA ZORA?!" pekiknya.

"Ya Tuhanku, kamu kenapa, Nak?" Saking paniknya, Maria langsung menggeser tubuh Rey ke samping karena memang gadis itu hanya membuka satu pintu saja. Rey menanggapi dengan membulatkan kedua bola matanya malas, lalu ia menunjuk wajah cowok di depannya.

"Lo cowok anjing," ujarnya tak minat. Sebab Rey hanya ingin mengatainya saja, bukan maksud sebagai sarat khawatir secara tak langsung karena melihat saudarinya tiba-tiba pulang dalam keadaan lemas bersama seorang pria pula, IREL LAGI ORANGNYA!

Irel tersenyum miring, "Saudara lo ya si Zora?"

"Najis!" umpatnya dan langsung menabrakkan diri dengan sengaja ke tubuh Irel. Cowok itu menanggapi dengan kekehan saja. Menatapi punggung kecil itu yang perlahan menghilang dari pagar hitam yang besar.

Rey kelaparan, jadi ia akan berjalan kaki ke depan untuk mencari makanan pinggir jalan. Biasanya ia akan berhenti di nasi goreng pak Pramudi yang berada tak jauh dari komplek perumahannya. Itu sebabnya ia memutuskan untuk berjalan kaki saja, lagipula jalan-jalan malam tak buruk. Rey hanya perlu menambah keberaniannya saja.

"Irel masuk dulu," ujar Zora. Gadis itu terpaksa ke luar karena Irel tak kunjung terlihat batang hidungnya. Padahal ia sudah menunggu di ruang tamu, maka selepas mami bilang ingin ke dapur dulu karena ada tamu Zora putuskan untuk menjemputnya lagi.

"Oh iya," sahut Irel sedikit ragu. Karena niat awalnya ia hanya ingin mengantar saja namun setelah mengetahui fakta bahwa perempuan yang telah menarik perhatiannya itu tinggal satu rumah dengan Zora-apa salahnya untuk tahu sedikit seluk beluk isi rumah Auriesta?

Mereka berdua sudah duduk di sofa yang nyaman. Irel diam saja begitu pula Zora, masing-masing sedang berusaha mengumpulkan kalimat yang mana tau bisa dibentuk menjadi sebuah pertanyaan. Hingga keheningan kembali menyapa namun tak lama sebab Maria sudah datang kembali sembari membawa nampan berisi kue kering dan minuman.

"Nak ini di makan dulu ya? Atau kamu mau makan malam aja sekalian?" tawar Maria ramah.

Irel menggeleng cepat, "Nggak usah repot-repot, Tante. Saya sebenarnya juga udah mau balik."

Maria tersenyum tipis, "Tante boleh tanya?"

"Iya?"

"Anak Tante kenapa? Kok bisa jadi begini?"

Kenapa gak tanya anaknya aja sih? Heran. Menyebalkan, sesungguhnya Irel hanya butuh istirahat.

"Ada insiden kecil aja tadi, Tante," jawabnya seadanya. Irel pikir ia tak perlu menjelaskan secara detail dikarenakan anaknya saja tak ingin menceritakan hal tersebut tadi.

Tanpa mengurangi rasa hormat, Irel mengambil segelas minuman lalu meneguknya setengah. Ia letakkan lagi gelas tersebut ke atas meja di hadapannya.

"Kalau begitu saya ijin pamit pulang dulu ya, Tante, Zora?" katanya ramah. Maria sebenarnya masih ingin berbincang karena salah satu putrinya membawa teman cowoknya. Biasanya hanya teman-teman perempuan Zora yang pernah bertamu, jangan tanya teman Auriesta. Dia mana punya teman.

Niat Maria hanya ingin akrab dengan siapa pun yang dekat dengan anaknya. Namun tak bisa juga ia memaksa pemuda itu untuk tetap berada di rumahnya.

"Baiklah kalau begitu hati-hati ya, Nak?"

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang