17. Relasi Baru

36 4 0
                                    

"Mati aja lu anjing!"

Dua Minggu setelah selesai semua tahap pemeriksaan. Irel termenung dari semalam, tepatnya sampai Senin malam. Awalnya ia memang memaksa agar laporan hasil akhir sudah ada di tangannya semenjak dua Minggu terakhir di pagi harinya.

Namun, karena efek bentrok sang papa dan mamanya mengenai masalah Seymour saat itu rupanya berdampak juga dengan urusannya. Wanita cantik itu sengaja menahan hasil pemeriksaan semua anggotanya dalam kurun waktu yang lumayan lama, dua Minggu. Dan itu sangat menguras kesabarannya.

Tepatnya hari ini, Selasa. Semua elemen menyakitkan terkumpul menjadi satu dalam bentuk fisik yang merasuki langsung tubuh Irel. Seolah buta, dua jam lalu ia sudah menghajar habis-habisan anak orang, lagi.

Sama seperti apa yang Elen terima tempo lalu, mungkin kadarnya bisa dua kali lipat lebih menyakitkan untuk yang sekarang. Bahkan ketiga anggota intinya sendiri sampai kewalahan untuk memisahkan mereka berdua dan harus berakhir dikurung Irel dalam toilet yang hanya bisa muat dua orang saja.

Mungkin saja mereka bertiga sudah pingsan di sana karena berdempetan dalam waktu dua jam. Irel tak peduli sama sekali.

"LO EMANG GAK PERNAH BERUBAH, ANJING! Dari dulu lo selalu gini. Lo pikir selama ini gue bercanda, 'kah?"

"Gue udah kasih lo semuanya! Posisi sayap kanan Andalas gue percayain sama lo! Tapi apa yang gue dapat? Elunya makin kek kontol!"

"Udah gue bilang, lo kalau mau mati tinggal bilang sama gue aja biar gue yang bunuh lu sekalian gue siapin area pemakaman gratis khusus buat badan sampah lu ini!"

Sosok pemuda yang sudah tergeletak tak berdaya dengan mulut mengeluarkan darah itu hanya mampu meringis kesakitan. Sesekali meraung saat dadanya diinjak oleh Irel.

"Gue nanya lo dari tadi! Tuli apa gimana lo ELVAN SANJAYA!"

Ia cengkram kerah baju Elvan, kemudian mendorong tubuhnya hingga menempel ke tembok. Dagu pemuda itu sudah basah akan darah bahkan sampai mengotori lehernya hingga lantai yang tengah mereka pijak. Darahnya bahkan bisa menjadi genangan jika dikumpulkan.

Kepala belakang Elvan menempel tembok namun tubuh bagian bawahnya tergolek lemas. Pandangannya juga mulai memburam, hampir tak sadarkan diri jika Irel tak menampar wajahnya dengan cepat.

"Gue udah lama gak konsumsi itu lagi, terakhir dua tahun lalu sama Elen. Sumpah demi apa pun," jawab Elvan lirih. Bahkan beberapa tersendat-sendat.

"Apa jaminan biar gue bisa percaya sama omongan sampah lu?"

"Apa pun," jawabnya lemah. Paru-parunya seolah tak berfungsi lagi, dadanya juga kelewat perih.

Hening sejenak.

"Gue mau cewek lu." Ucapan Irel membuat kedua bola mata Elvan terbuka lebar seketika. "Lo coba nipu gue lagi, gue pastiin pacar lu digilir sama anak lain. Lo gak mau itu terjadi, 'kan?"

"Rel, gue---gue mohon! Jangan, jangan dia, dia bahkan gak tau apa—"

BUGH!

"Lo bahkan gak peduli sama anak-anak lainnya, buat apa gue peduli sama lo?"

Satu pukulan kembali menghantam wajah Elvan. Irel nampak puas. Ada sekitar jeda beberapa menit karena sempat melamun saat memperhatikan wajah mengenaskan Elvan yang terbujur menempel di tembok semen yang tak rata itu.

Kemudian ia berjalan untuk membuka pintu toilet yang ia kunci tadi hingga detik selanjutnya ketiga temannya menerobos ke luar sembari menarik napas panjang, Raka dan Lino bahkan sampai tumbang di lantai. Sementara Kin merosot menempelkan tubuhnya di tembok sembari menghirup oksigen dengan rakus.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang