36. Wismagama's

27 2 0
                                    

Suara ribut dan tembakan dari arah luar membuat dua pria berstatus mertua dan menantu itu beranjak heboh. Sepanjang koridor perumahan  yang mereka lewati diikuti dengan dentuman keras. Reimon meraih machete yang terpajang di dinding rumah, sementara mertuanya itu sudah siap dengan pistol mitraliur thompson atau lebih dikenal sebagai Tommy Gun itu di tangannya.

Suara tembakan saling bersahutan. Puluhan anak buah mereka tergeletak tewas di depan. Sisanya berpencar mencari posisi untuk mencari aman.

"SIAL!"

Lengan kanan Reimon terkena sabetan samurai panjang dari musuh. Mereka berdua berpencar. Reimon lari ke belakang, sengaja menarik musuh masuk ke dalam.

"Papi plan A!" teriakannya disanggupi mertuanya. Mereka semakin terpecah.

Tak berselang lama, Reimon berhasil ke luar dengan tubuh penuh luka. Ia kembali berlari mengikuti papinya yang masih berusaha memecah perkumpulan penyerang dengan menyeret mereka semua masuk ke dalam tanpa sadar.

Selanjutnya setelah berhasil menjalankan rencana, di menit berikutnya suara ledakan menghancurkan bangunan tua di hadapan mereka.

"Berapa?"

Arkatama menyenggol bahu sang menantu karena tak mendapatkan respon. "Tuli ya?!"

"Apasih?!"

"Kok teriak?!"

"Ya maaf. Ada lima."

Betul sekali ledakan itu saling menyusul dan berhenti dilima total terakhir.

"KOK BAU BANGET SIH?"

"Namanya aja gas elpiji," sahut sang menantu santai.

"Kamu ini lulusan apa sih? Diberi granat kok milih yang kampungan!" maki Arkatama kelewat kesal.

Ctash!

Tangan itu terputus setelah machete di tangannya melayang sempurna ke tujuan. Pria bertubuh besar yang berdiri tepat di pintu terbuka lebar itu berteriak kesakitan.

"Sisa satu."

"Itu anak buahmu, bodoh!"

Hah?

***

Rapat komite sekolah mendadak diadakan. Seluruh ruangan merasakan kecaman, panik penuh ancaman. Hanya karena satu permasalahan, pusat aliran yang sialnya dikendalikan tepat di Wismagama terancam tercium baunya oleh publik.

"Kita biarkan saja media mengendus terlebih dahulu tapi jangan sampai identitas Auriesta terbongkar dan dikonsumsi mentah oleh khalayak umum. Lagipula kasus serupa sudah pernah disamarkan, sudah pasti yang saat ini bisa, 'kan?" ujar salah satu pejabat di sana menjawab. Selaku pemilik saham terbesar kedua, tak mungkin ia biarkan kantung kekayaan miliknya hancur begitu saja kan?

Terlebih hanya menyeret satu nyawa saja, 'kan? Itu tak berarti apa-apa dibanding harta miliknya yang terancam punah.

"Kamu jangan kurang ajar Bu Tiff! Kamu pikir dengan diam saja bisa mengelabui publik? Mereka sudah pintar semua! Jangan dianggap enteng hanya untuk mempertahankan uangmu saja!" bentak seseorang. Dia duduk di deretan kursi panjang di bagian ketiga dari belakang.

Wanita yang dipanggil Tiff atau lebih dikenal dengan Tiffany itu mendengus, ia berdiri sembari menoleh ke belakang dengan gaya angkuhnya.

"Jadi menurut Anda melempar Auriesta ke penjara itu langkah yang tepat?" cecarnya seraya tersenyum sinis. Pemikirannya ini tak mungkin dibunuh orang sekitarnya, mereka semua itu sekutu. "Jangan labil Nona Serena, kita semua gak ada yang mau rugi sama seperti Anda tentunya."

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang