3. Tosh

46 3 0
                                    

Auriesta ini sosok yang cuek luar biasa, telinganya sudah kebal akan berbagai hujatan maupun sindiran dari orang lain. Di sekolah, ia selalu sendiri. Tak ada satu pun yang ingin berteman dengannya. Auriesta terlalu kejam untuk manusia suci di Wismagama, haha.

Seperti saat ini, ia makan sendirian di pojok kantin. Mengunyah makanannya dalam hening, mengabaikan kicauan iri dengki dari orang-orang yang berada di seberang mejanya. Sesekali ia tersenyum miring saat tak sengaja menangkap sindiran halus dari mereka dan tentunya ditujukan pada dirinya. Dalam hati, lihatlah manusia-manusia munafik itu terlihat menjijikkan sekali. Kenapa tak coba bersuara lebih kencang saja di hadapannya? Lihat nanti, siapa yang lebih berkuasa.

Maksudnya tuh sini ayok ribut berdua!

Auriesta berdiri sembari menggebrak meja. Rasa-rasanya tidak bisa kah ia menikmati makan siangnya dengan damai dan tentram? Ia mengibaskan kuah yang menempel di tangannya yang terasa melepuh karena terkena tumpahan kuah sup. Hidup ini kenapa drama sekali, sih?

"Lo sehari aja gak nyari ribut sama gua bisa gak sih, anjing?!"

Didorongnya bahu gadis di hadapannya kencang sampai terjatuh dan nampan makanannya tumpah berserakan. Mangkuk berisi setengah sup panas itu pun pecah ke lantai karena dorongan dari Auriesta tak main kuatnya. Tulang ekornya terasa sakit karena menimpa marmer, semoga saja tidak patah.

"ZORA!" teriak temannya seraya membantu gadis yang telah Auriesta dorong. Sedangkan pelaku masih abai, ia fokus pada rasa sakit di tangannya.

Sumpah ini merah banget, bangsat! Maki si gadis dalam hati. Kini tatapannya mengarah pada Zora yang masih di posisi yang sama, terduduk di lantai dengan teman seperjuangannya itu masih setia membantu membersihkan sayuran yang mengotori seragamnya.

Brak!

Auriesta tendang meja kantin di sampingnya membuat tiga gadis yang dari tadi menyindirnya terus menerus itu terkejut luar biasa. Suasana kantin yang tadinya ramai seketika hening. Ia hampiri Zora, menyamakan tinggi badannya dengan ikut berjongkok sembari mencengkram rahang gadis-saudarinya itu. Tak lama, kemudian ia hempas lagi. Zora masih membisu, karena merasa ini memang salah dirinya yang teledor.

"Kenapa lo diem aja? Suka lu gue berantemin depan orang banyak? Gitu mainan lu sekarang ya?" tanyanya sarkastik. Sungguh, ia beneran muak. Sebenarnya tuh Auriesta ini capek kalau berantem terus sama orang, tapi tiap dia mau istirahat sehari selalu ada aja masalah. Hidupnya ini memang gak jauh-jauh sama masalah.

"Nggak gitu, Rey. Gue beneran gak sengaja. Gu—guee minta maaf!" sahutnya panik.

"Ngapain minta maaf sih, Ra!" Gadis ber-badge Talitha Puspita itu menimpali, raut tak terima jelas di wajahnya. Ini kenapa dia yang marah sih? Auriesta bengong sejenak, sedetik kemudian ia bangkit berdiri lalu menendang tulang kering Vristhi Zora hingga berakhir mendapati pekikan dari si pemilik dan orang-orang yang menonton.

"Lo apa-apaan sih, bangsat!" teriak Thalita marah. Ia juga mendorong tubuh Auriesta kencang hingga membuat si gadis mundur beberapa langkah. Lihatlah asap hitam itu ke luar dari lubang teling si gadis. Auriesta bukan perempuan yang hobi menampung rasa sabar dan tentunya ia balas mendorong gadis sok jagoan itu hingga terjerembab ke belakang.

"Udah, udah! Udah berhenti! Kalian kenapa sih?!" Zora berteriak berusaha menghentikan meski rasa sakit di kakinya begitu menyakitkan. Gadis itu berjuang memisahkan dua perempuan yang sedang adu jambak di depannya. Zora menangis kencang karena usahanya sia-sia sebab tubuhnya kembali terdorong hingga terjatuh lagi.

Auriesta dan Thalita masih sibuk berkelahi sampai Kin datang memisahkan mereka berdua. Raka dan Lino membantu Zora berdiri lalu mendudukkannya di kursi. Hingga tak lama perkelahian dua gadis itu terpaksa terhenti sebab tangan kekar Kin yang niatnya ingin memukul tembok samping sebagai peringatan malah menghantam wajah Auriesta hingga bibirnya sobek dan mengeluarkan darah.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang