38. Asmarolaka

27 3 0
                                    

"Dari awal juga gua udah tau."

"Apa yang lo tau?" Pemuda itu terkekeh sinis. Cemooh yang luar biasa mematikan.

Senyum simpul sang gadis umbar hingga tinggalkan kerutan heran di wajah pemuda tampan di hadapannya. Responnya di luar nalar.

"Nathan Royan is that you?"

Auriesta tertawa terbahak-bahak saat hadapi raut wajah panik yang tercipta di depan matanya. Puas sekali sampai air matanya membasahi ujung netra. Si gadis mendesah lelah sebab tawanya sendiri, kini ia memilih bersandar pada pembatas rooftop.

"Mau lo apa?" tanya si cowok cepat.

"Buru-buru banget deh?" Rey tersenyum simpul membuat pemuda itu mendengus keras.

"Gak usah banyak bacot lo! Bilang aja apa mau lo cepet!"

Rey meluruskan posisi berdirinya, tatap kedua manik tajam itu sekitar lima belas detik. Ia menggeleng pelan, "Belum sekarang sih, gua belom perlu-perlu banget tenaga lo yang gak seberapa itu. Jujur nih gua, gak ada bohongnya sama sekali."

"Anjing mau lo apa sih?!"

Pergerakan cepat pemuda itu tak bisa Rey baca hingga kedua tangannya sudah mencengkram erat lehernya, Rey kesulitan bernapas. Detik selanjutnya ia pasrah, tak berontak. Biarkan napasnya terdengar keras, kesulitan. Jemarinya kini pilih usap lengan kekar itu, pelan dan perlahan sampai cekikannya mengendur.

"Uncle gak suka keponakan tersayangnya luka-luka," ujar Rey hingga tak berselang lama cekikan itu terlepas sempurna.

Rey langsung menghirup udara dengan rakus, tubuhnya sedikit merosot dengan punggung kembali menempel dinding pembatas. Tak lama setelah pernapasannya kembali normal, ia luruskan posisinya lagi.

"Lo impulsif banget dari awal gua perhatiin. Gua diem selama ini cuman buat lihat sampe mana manusia sampah kek lu bisa bertahan hidup di bawah tekanan bokap lo sendiri. Well, sekarang udah di tahap putus asa ya?"

"Gua udah kasih lo penawaran sebaiknya lo cepat bilang jangan buang waktu gua dengan omong kosong lo itu!"

Auriesta berdecak, ia mengangguk-angguk prihatin. "Lo nyari ibu lo, 'kan?"

Kurva itu terangkat sebabkan senyum miring di wajahnya. Rey puas akan respon dari orang di hadapannya itu.

"Seberapa banyak lo tau?"

"Seberapa banyak yang nggak lo tau, gua tau. So, lo bertingkah kurang ajar lagi sama gua kayaknya seumur hidup lo ini, lo gak bakalan pernah ketemu sama tante Aisy lagi."

"Lo kenal gua gimana, 'kan?" sambungnya.

"Gila lo?!" bentak cowok itu.

"Yes I am."

***

Di saat dunia melempar jutaan tanya pada Irel 'kenapa ia bisa sebegitu cintanya pada gadis kecil yang kini masih setia melempar tatapan permusuhan padanya' mungkin ia hanya dapat berucap,-

"I adore her."

"She's the pretty one."

Lalu bagaimana perjalanannya hingga bisa berdiri tegap di tahap ini? Merangkul pundak sempit yang perlu banyak perhatian untuk diberi.

"Meeting you was fate, becoming your friend was choice, but falling in love with you was completely out of my control."

Irel suka senyum gadisnya yang kelewat manis. Ia suka dengar suara tawanya, ia suka dengan segala yang dimiliki sang kasih.

"You have such a beautiful smile."

Gila.

Lebih gilanya lagi Rey yang gagal menolak keinginan Fairel dengan iming-iming strolling around Jakarta di jam dua pagi. Seperti biasa, waktu keramat yang paling diminat.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang