14. Sudut Hati

37 3 0
                                    

"AURIESTA! Lo bisa gak sekali aja hidup normal tanpa buat kekacauan di lingkungan sekolah?!"

Suasana kelas kembali hening. Kin berjalan menghampiri si gadis yang tengah duduk santai dengan kedua kaki di atas meja. Sesekali suara letupan permen karet mengisi keheningan di kelas.

Kin yang biasanya memang selalu tampil galak kini galaknya jadi triple alias saking ngerinya mampu membuat suara gigi bergemeletuk menggigil ketakutan. Aura cowok itu begitu pekat mengisi ruang kelas, jika di takar seberapa persen amarahnya mungkin yang kali ini sudah mencapai angka tujuh. Kalau sepuluh mungkin Kin tak akan bertanya lagi, melainkan tangannya yang langsung berbicara.

Rey mendengus menanggapi ekspresi wajah Kin yang tak mengenakkan hati. Sejujurnya jempol kaki si gadis sudah bergetar, namun karena yang dihadapi ini Rey, tentu saja ia tak mau mengalah. Gadis itu melepeh bekas permen karet ke arah jendela sebelah kiri sebelum berdiri tegak menghadap Kin yang tingginya hanya sebatas bahu cowok itu saja. Sial, penistaan tinggi badan.

"Mau lo apaan?" tanyanya sengaja menantang. Rey perlu mendongak untuk menatap balik kedua bola mata milik Kin yang legam. "Gue minta maaf sama mereka? Najis."

"AURIESTA!"

"APA? LO BUKAN BOKAP GUE, BUKAN KAKEK GUE DAN BUKAN SEPUPU GUE! GAK USAH NGATUR! LO GAK ADA HAK!"

Kin lempar meja lipat yang berada di tengah-tengah mereka berdua ke samping hingga menabrak meja-meja yang lain. Karena situasi semakin tak kondusif banyak orang-orang yang menonton entah yang memang dari tadi berada di ruangan atau yang berada di luar kelas lain yang berusaha untuk mengintip di jendela atau bahkan menonton tepat di depan pintu.

"Sadar Rey, gak selamanya lo bisa gunain kekuasaan lo buat hal yang gak berguna kek begini! Lo pikir ngelakuin hal menjijikan kek gini bikin lo keren? Enggak! Selamanya orang bakal cap lu jadi cewek sampah tau gak?"

"Cewek sampah kek gini juga punya kendali penuh atas Wismagama," jawabnya kelewat percaya diri. Karena memang begitu faktanya.

"Gak dengan bully orang terus-terusan, Auriesta?!"

"Ya terus lu maunya gue gimana? Jadi murid baik-baik di sini? Jadi murid yang taat aturan di sini? Lah serah gue, sekolah juga punya gue. Mau laporin? Serah lu, adakah tampang gue terlihat peduli?"

"Lo—"

Rey palingkan pipinya terlebih dahulu sebagai respon pertama saat mendapati Kin yang berani mengangkat tangannya. Namun setelah beberapa detik terlewat ia belum merasakan panas di wajahnya, gadis itu membuka sebelah matanya yang tadi terpejam. Kembali mendongak, rupanya tangan Kin ditahan oleh orang lain. Dan kemudian dihempaskan begitu kasar.

"Rel lo gak bisa terus-terusan tahan gue buat gak mukul ini cewek! Asli nih manusia udah keterlaluan! Lo lihat sama apa yang dia lakuin sama Talitha? Rambutnya dibakar sama putung rokok sama ini cewek!"

"Anjing, Rey!"

"Lo keterlaluan asli, parah!"

"Tukang bully kek gini nih yang pantas mati!"

"Sebelum bunuh orang mending lu bunuh diri lu sendiri yang gak guna itu!"

Pekikan dari orang-orang membuat telinga Rey gatal. Ia menggaruk telinga kanannya dengan wajah menyebalkan. Tak lama ia tertawa sumbang. Wah berani juga rupanya mereka.

"Gila kali ya skill gue sampe bisa ngebakar rambut orang. Besok-besok gue coba bakar ini gedung Wismagama," kekehnya terdengar merasa puas. Meski sudut hatinya tersentil sedikit, ia tak terima dituduh seperti ini.

Sampai sudut matanya berair. Ia tertawa sendiri di tengah keterkejutan di ruangan yang masih melanda. Bahkan ia tak segan bertepuk tangan saking lucunya fitnah bajingan yang Kin lontarkan. Rokok mati jenis apa yang bisa membakar rambut orang, kalau pun mau ia bisa saja membakar kepala Talitha tadinya. Menyebalkan.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang