13. Dua Insiden

35 4 0
                                    

"Gimana ceritanya bisa kecolongan kek gini? Lo semua pada bisa kerja gak sih, hah? Gue nanya! Lo semua pada bisa kerja gak?!"

Brak!

Satu meja panjang itu terhempas menghantam tembok. Belasan anggotanya hanya bisa terdiam dengan wajah menunduk. Kin yang berada tepat di sampingnya menepuk pelan bahu sang sahabat agar pemuda itu bisa mengendalikan amarahnya.

Sedikit info, Andalas itu terbagi menjadi tiga golongan. Lingkaran pertama berisi empat orang termasuk sang leader. Di lingkaran kedua terdiri dari lima belas orang, mungkin hanya tersisa sekitar tiga belas orang karena dua orangnya sudah mati. Salah satunya akan ia bahas malam ini penyebab kematiannya. Dan terakhir, golongan ketiga yaitu puluhan anggota Andalas yang terdiri dari berbagai kalangan. Entah dari sekolahan mana atau kampus mana yang ada di Jakarta maupun sekitarnya.

Irel mendecih lalu duduk di kursinya dan diikuti oleh yang lainnya. Ia mengacak surainya sendiri frustasi, niat hati ingin tahu bagaimana kronologis kematian Elen malah mendapati laporan lainnya yang tak mengenakkan hati. Maka berkumpul lah lingkaran satu dan dua di basecamp malam ini.

"Jelasin kenapa bisa kecolongan lagi, kendalanya di mana dan sebab akibatnya apa," titah Irel cepat. Elvan selaku captain di lingkaran kedua mendongak.

"Dari tawuran terakhir sama anak Tiger," ujar Elvan.

"Lah kita menang 'kan? Terus masalahnya sampe Victoria gimana ceritanya deh?" Lino berujar sengaja memotong penjelasan Elvan yang belum rampung karena tak kuasa menahan rasa janggal. Ia tak pernah lupa ya kalau ia menderita beberapa bulan karena tangannya yang patah.

"Gue juga masih selidiki itu, sumpah! Seminggu yang lalu anak Victoria tiba-tiba nyerang anak-anak di Samudra, gue bahkan—"

"Kenapa lo gak laporan? Merasa hebat lo buat ngatasinnya tanpa campur tangan leader?" potong Lino lagi.

"Itupun karena gue lihat Raka di sana, gue kira dia udah kasih tau!" sengit Elvan yang kesal sendiri karena dari tadi ucapannya terpotong.

"Raka?" Irel memiringkan tubuhnya ke kanan menatap Raka yang terdiam kikuk. Ia pandangi tajam cowok itu yang enggan membuka suara. "Gue simpen jawaban lo nanti. Elvan, lanjut."

Elvan mengangguk paham. "Gue temuin tiga anggota yang kecanduan narkoba lagi, Bos. Tiga hari sebelum kematian Elen."

"Sial! Terus kemana tiga orangnya? Anak-anak lo bukan?"

Elvan menggeleng cepat, "Anggota biasa. Mereka juga udah gue kirim buat rehab."

"Terus?"

"Gue curiga kalau anak Victoria yang masok sabu buat hancurin Andalas, Bos. Soalnya Elen dapat sabu dari mereka."

"Akurasi?"

"Seratus persen gue yakin, informan gue bilang sendiri waktu sengaja mergokin si Elen di luar kandang."

"Ini kecolongan atau memang ada benalu sih di sini? Rel coba lu inget, Tiger aja mabuk air waktu itu, masa sekelas Victoria bisa masuk kalangan Andalas. Beda jauh, Bro. Gue curiganya ada penyusup di sini. Itu sebabnya gue diem aja waktu anak-anak kena keroyok sampe gue dapat sendiri jawabannya." Sedari tadi diam akhirnya Raka angkat bicara. Meski beberapa biji keringat serta merta menghias di dahinya. Takut, panik, campur menjadi satu. Selamatkan dirinya, Tuhan.

"Gue gak ngerti sama satu hal. Victoria berani banget nyenggol Andalas karena apa? Bukannya area mereka udah bersih ya? Pimpinannya siapa sih?"

"Nathan, Lin. Tapi dia jarang keluar, waktu ngetos sama Tiger aja diwakilin. Makanya mereka kalah. Tapi ya gue gak tau juga dari mana mereka dapat dana, sementara Victoria lu pada tau 'kan ya, jagoan sampah semua." Salah satu anggota Elvan angkat suara.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang