6. ½ Realization of the Calief's Anger

39 3 0
                                    

"Rel, Elen mulai lagi."

Begitu kabar dari Kin ia dapatkan tak membuang waktu banyak Irel langsung tancap gas menyusul anak buahnya selepas dari kuburan sang kakak. Cowok itu mengendarai motornya dengan kencang, mengabaikan teriakan dan klakson yang mengudara akibat dirinya yang tak sabaran.

Hingga tak berselang lama motornya kini berhenti tepat di depan sebuah bangunan tua yang biasa anak Andalas gunakan untuk berkumpul secara penuh. Bangunan tua itu sudah disulap sedemikian rupa dalamnya. Jadi tentunya hanya tampilan luar saja yang terlihat kumuh, dalamnya tak jauh beda dengan club malam.

Ia melangkah cepat masuk ke dalam setelah menendang pintu yang terbuat dari seng itu dengan kencang. Berjalan terburu sampai kedua matanya menatap sosok pemuda yang tengah bermain kartu di meja bundar bersama teman-temannya. Tanpa ba-bi-bu ia melompat ke arah meja lalu menendang wajah cowok yang sudah merusak waktunya itu.

Bahkan tak sampai di situ, Irel kembali menarik kerah Elen lalu melemparnya ke lantai. Tak ada yang membantu, mereka semua yang berada di dalam bangunan itu hanya menunduk menyaksikan kegilaan seorang Irel Atharizz Calief malam ini.

Irel masih menggila, ia mengangkat kursi yang berada di dekatnya lalu memukulkannya ke tubuh Elen yang kondisinya sudah muntah darah. Cowok itu tak berani melawan selain meminta pengampunan. Karena dilihat keadaan Elen sudah kacau luar biasa, anggota yang lain terpaksa beramai-ramai menarik Irel yang sudah diselimuti amarah dan untungnya berhasil.

Irel didudukkan di sofa panjang yang berada di belakangnya. Urat pemuda itu masih muncul di sekitaran wajahnya menandakan amarahnya yang masih belum lenyap. Napasnya pun juga terdengar memburu, tak lama ia meludah ke depan namun tak mengenai Elen sebab cowok itu masih berada sekitar dua meter di hadapannya.

"Mau sampai kapan lo gue kasih kesempatan, Len?" tanyanya. Kini Irel sudah sedikit tenang. Berbanding terbalik dengan kondisi Elen yang seperti mau mati.

"Lo beneran gak denger apa yang gue bilang atau emang gak mau denger sama sekali?" lanjutnya lagi. Pertanyaan retoris dari Irel membuat Elen semakin takut. "Lo serius mau mati, 'kah?"

"Gak, Rel!"

Elen berusaha bangkit meski gagal, namun tak menyurutkan rasa takutnya untuk tak bersujud di bawah kaki Irel. Pemuda itu mati-matian menyeret tubuhnya yang sudah mati rasa.

Namun sialnya yang ia dapatkan malah tendangan dari Irel. Pemuda itu sudah terlalu lelah dengan semua kegilaan yang Elen lakukan setiap kali ada kesempatan. Sudah berulang kali juga ia maafkan, tapi tak ada perubahan. Makhluk begini memang harusnya mati 'kan?

"Di mana mainan lo?"

Elen terdiam.

"DI MANA, BANGSAT?!"

Hening kembali menyapa. "Lo semua masih diam gue bakar ini basecamp sekalian sama badan lo!"

"Meninggal, Rel." Seseorang menjawab dengan takut-takut tepat berada di samping kanan sekitar tiga meter dari posisi Irel berdiri.

"Kontol! Anak anjing! Mati lo hari ini!"

Kembali pukulan membabi buta itu ia arahkan ke pada siapa pun yang berada di sampingnya. Semua hanya diam menerima tanpa berniat untuk membalas. Sebab, membalas Irel sama juga dengan menggali kuburan sendiri.

"BAJINGAN!"

"ASU!"

"BANGSAT!"

Belasan anak Andalas rata, semuanya tergeletak di lantai dengan luka yang tak jauh beda. Babak belur di mana-mana namun keadaan Elen jauh lebih buruk karena Irel masih belum puas. Cowok tinggi itu mencengkram kerah Elen dengan satu tangannya hingga tangannya yang lain menonjok bebas wajah Elen sampai giginya pun patah satu di depan.

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang