4. Pressure

36 3 0
                                    

Fairel Atharizz Calief itu cowok dengan sejuta masalah. Acak-acakan, preman jadi-jadian, berondong sialan. Lahir di keluarga kaya membuat dirinya sering bersikap sesukanya. Pindah ke Wismagama pun kalau bukan karena kekuasaan yang dimiliki tak mungkin jadi semudah membalikkan telapak tangan. Berbanding terbalik dengan Kin yang cerdas, Irel ini serampangan. Tak bisa diatur dan tak suka di atur. Dunia ini memang gelap, gelap akan kekuasaan.

Setidaknya ia masih sedikit memiliki rasa kemanusiaan di dalam hatinya. Memukul perempuan di depan matanya hanya karena alasan tak jelas sedikit menggerakkan hati nuraninya yang telah lama terkubur. Hingga berakhirlah tamparan panas mendarat mulus di pipi kanan Kin Dananjaya ditambah luka robekan di sudut bibir sama persis seperti luka milik Auriesta.

Raka dan Lino hanya diam saja, mereka tau waktu saat bercanda dan waktu saat serius. Dan saat ini bukan waktunya untuk bercanda, melihat Irel yang tengah menahan emosinya agar tak memukuli Kin semakin jauh, mereka jadi kikuk sendiri. Mungkin selama ini Kin memang paling dihargai keputusannya di dalam pertemanan ini, namun Irel adalah pusatnya. Tak ada yang berani membantahnya di sini.

Kin diam saja sedari tadi, terlebih ada seonggok rasa penyesalan tertanam di dalam hatinya. Namun ia enggan untuk bersuara, sampai pukulan dari tangan Irel menghantam wajahnya pun ia hanya diam saja menerimanya. Anggap saja pukulan ini menjadi penebusan rasa bersalahnya.

"Sejak kapan lo main tangan begini, Kin? Rasa-rasanya sebrengsek gue aja belum pernah mukul cewek," ujar Irel sembari duduk di bangkunya.

Mereka berempat berada di basecamp tempat biasa mereka berkumpul untuk membahas apa pun atau mungkin hanya sekedar menjadikan tempat singgah di saat ada masalah internal. Seperti saat ini ke-empatnya berkumpul untuk membahas permasalahan tadi selepas pulang sekolah.

"Gue baru pindah aja dah lihat yang beginian. Atau selama gue di Lentera lu dah sering mukulin anak cewek?"

Kin setia bergeming, membuat Irel semakin tersulut emosi. "Lo bisu apa gimana?"

"Sorry," ucap Kin penuh penyesalan yang mana malah mendapatkan kekehan dari Irel.

"Serius ini lo minta maaf sama gue? Kenapa?"

"Gue gak sengaja," jawabnya apa adanya. Irel mendengus keras.

"Rak lu lihat gimana kejadian awalnya 'kan? Ceritain," titahnya.

"Gua gak tau ini sengaja apa enggak, tapi si Zora numpahin kuah sup ke Rey duluan, Kin. Sekali lagi gue gak tau itu sengaja apa enggak." Raka langsung menjelaskan apa yang sempat ia lihat.

Irel tersenyum miring, "Gua tau lu ketua OSIS, Kin. Emang udah kewajiban lo buat atasin semua masalah sekolah. Tapi bertindak tanpa tau asal muasal permasalahannya gimana bikin lo kelihatan kecil tau gak? Banci! Sejak kapan juga gue biarin anggota gue mukul cewek depan mata gue sendiri. Gila lo?"

"Gue tau gue salah, Rel. Tapi segininya lo bela tuh cewek? Ada sesuatu lu sama dia?"

"Ada sesuatu lo sama Zora sampai lo segitunya bela dia?" Irel balikkan pertanyaan Kin hingga membuat cowok itu bungkam. Mendapati respon Kin yang seperti itu membuat Irel terkekeh.

"See? You can't even answer my simple questions," sambungnya dengan tampang datar.

Tamat sudah, Irel beneran marah. Sialan.

"Gue rasa tadi juga lo memang cukup keterlaluan sih, Kin." Lino ikut bersuara, ia menunduk saja membiarkan tatapan mata teman-temannya mengarah padanya. Merinding-merinding sedap ini mah. "Gak biasanya lo ngatain Rey segitunya, gue kaget aja sih."

"Tolol!" Raka toyor jidat Lino dan mereka berdua kembali menunduk, Irel geleng-geleng kepala menanggapi.

"One to ten, what number do you hate about the girl? Dan karena problem apa lu bisa really hate her?"

BAD ROMANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang