Brides 3

7.5K 265 14
                                    

Happy reading 😘

Setelah selesai Akad tadi Davin meminta sepupunya untuk membersihkan apartemen miliknya, kebetulan Nisya tinggal digedung apartemen yang sama. "Maaf ya kak belum terisi lengkap, aku udah pesan beberapa barang tapi sebagian datangnya besok." Beritahu Nisya pada Davin.

Saat Nisya mau berangkat ke bali tadi, tiba-tiba saja Davin menghubunginya agar membersihkan apartemen milik Davin dan memintanya untuk mengisinya kembali seperti dulu, tapi yang baru datang hanya tempat tidur dan meja makan. Nisya juga mengisi kulkas dengan seadanya.

"Maaf ya Fay." ucap Davin merasa tak enak karena belum bisa memberikan tempat tinggal yang baik.

"Gak papa kak, ini udah cukup." sahutnya lalu melihat Nisya.

"Oh iya kak, Aku Nisya sepupu kak Davin." Nisya mengulurkan tangannya dan Fayza menyambutnya dengan senyum. "Makasih ya Sya."

Davin menunjukkan kamar untuk Fayza. "Ini kamar kamu Fay, maaf ya." cicit Davin.

"Jangan minta maaf terus kak, makasih ya kak untuk semuanya."

Davin tersenyum. "Kamu butuh meja buat nulis kan, udah kakak pesan dan kayaknya besok baru datang." Fayza hanya mengangguk.

"Ya udah kamu istirahat ya, gudnite." ucap Davin lalu menutup pintu kamar Fayza dan ia pun masuk kedalam kamarnya. Hari ini begitu panjang untuknya, kedatangannya ke jakarta untuk mengucapkan selamat malah mengucapkan akad. "Ternyata kesabaran membuahkan hasil." gumamnya.

Davin sudah menyukai Fayza saat masih duduk dibangku sekolah dan bertekad menjadikan Fayza kekasihnya saat gadis itu masuk kuliah nanti dan baiknya Ferro juga sangat mendukung, tapi tanpa sepengetahuan sahabatnya itu ternyata Fayza sudah memiliki kekasih saat awal masuk kuliah, awalnya Ferro tak suka karena Bian memiliki banyak mantan dikampus tapi takut jika adiknya itu marah padanya, akhirnya Ferro menyetujui mereka berpacaran tapi dalam pengawasannya.

Davin yang patah hati memutuskan pindah ke bali bersama keluarganya dan bekerja diperusahaan papanya lalu membangun bisnis cafe dan kopi. sesekali ia juga datang ke jakarta untuk bertemu Ferro dan juga melihat bisnis cafenya tanpa sepengetahuan Fayza. Walaupun saat jaman kuliah Davin sering main kerumah Ferro dan bertemu keluarganya, tapi Fayza tetap tak bisa ia dekati. Gadis itu memiliki sikap dingin terhadap pria kecuali papa dan kakaknya lalu ditambah Bian.

Usai menyelesaikan urusannya dikamar mandi kini Fayza duduk diatas ranjang lalu memandang keluar jendela. Pemandangan kota saat malam cukup sedikit mengurangi kesedihannya, pikirannya tentang perjalanan cinta bersama Bian yang berakhir seperti ini sungguh jauh dari bayangannya, jika dulu ia berpikir Bian akan selingkuh dengan teman kampusnya mungkin ia akan masih memberi kesempatan, karena bagi Fayza memberi kesempatan kepada seseorang yang kita sayang itu wajar. Lalu bagaimana jika seperti ini, Bian berselingkuh dengan Yasmin adik kandungnya sendiri! bahkan sampai hamil.

"Kenapa bisa bego banget sih gue!" Fayza menggerutu lalu menjambak rambutnya sendiri,

Enam tahun kebersamaannya dengan Bian sudah menghasilkan empat buku dan semuanya bergenre romansa, Fayza seorang penulis yang selalu menorehkan kalimat-kalimat manis dalam ceritanya lalu sekarang bagaimana? rasa pahit yang mungkin tak berujung.

Fayza menarik napasnya lalu mencoba membuangnya perlahan, ia baru tau rasa sakit yang begitu dalam membuat manusia menjadi mati rasa. Saat ini otaknya lelah berpikir, airmatanya juga sepertinya sudah habis, ia pun terlelap dan berharap besok perasaannya membaik.

Pagi ini Fayza tak lagi dibangunkan oleh bibik dirumahnya, suara ketukan pintu dan panggilan seorang pria menyambut paginya. "Fay bangun, sarapan yuk."

"Iya."sahutnya.

The BridesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang