Sepasang kaki terjulur ke depan, mengapitku, dan setengah merangkul leherku adalah sepasang lengan paling indah yang pernah kulihat.
Tidak ada pembuluh darah yang tampak. Semuanya tinta. Gelap seperti malam.
Aku hanya melingkari sejumlah kecil kulit pucat yang pernah menjadi kanvas kosong dari mahakarya yang mengklaim leherku sekarang.
Dan kemudian, aku mendengar tawanya.
Tipis, seperti kabut. Berhembus ke dalam leherku dan menggelitiki rambut-rambut halus di sana.
Itu saja cukup untuk membuatku sadar situasi macam apa yang sedang terjadi padaku sekarang.
Aku berdiri, lalu berputar untuk melihat sosok dari wet dreams-ku bertahun-tahun ini.
Cowok itu tersenyum. Aku tidak akan pernah melupakan senyum itu. Senyum yang cowok itu buat saat dia menekan bagian dalam pahaku ke samping kuat-kuat dan meludahi telapak tangannya sendiri.
Aku menggigil, dan Z menyadarinya.
"Miss me?"
➕
KAMU SEDANG MEMBACA
Here & After
RomanceJuliette selalu mendeskripsikan Z sebagai cowok yang lebih cocok dijadikan fantasi. Cowok itu tidak pernah menyapanya di koridor sekolah. Cuma tiupan ringan di leher atau karet rambut yang tiba-tiba ditarik saat Z sengaja lewat di belakang cewek itu...