xi. skyfall

1.7K 206 90
                                    

[⚠️]

dirty talk, kinda graphic;

Dini hari itu, mimpiku dimulai dari Z dan aku lagi, terbungkus di dalam bedspread putihnya.

Debar jantung Z menekan pipiku. Dia masih gemetar, belum secara penuh pulih dari klimaksnya. Yeah, he was still inside. Yeah, aku bodoh karena membiarkan dia mengeluarkan semuanya tanpa pengaman. Yeah, I was still in shock he didn't pull out. Z menangkup pipiku dan menyandarkan kepalaku di atas tulang selangkanya. Kerongkongan cowok itu bergerak-gerak pelan di atas kepalaku.

"Juliette..." Z bergumam tidak jelas. Disisirnya rambutku perlahan hingga jemarinya tersangkut di ujung. "We made love."

We fucked, aku ingin memperbaiki, tapi dekapan Z membuaiku. Ciuman-ciuman kecilnya menggelitikiku. Cowok itu menelan berulang-kali, napasnya masih dia buang secara sembarangan. Di dalam tidur kecilku, aku bisa mendengar semua itu. Waktu terus berjalan, tapi momen ini abadi.

Z memejamkan mata saat napasnya mulai teratur. Bulu mata cowok itu menyentuh tulang pipinya.

"Besok kuanter ya?" Suara serak khas bangun tidurnya berbisik sayup-sayup ke dalam telingaku.

"Huh?"

"Temenin aku sampai pagi." Sentuhan Z masih di mana-mana; punggung, rambut, perutku. Dia menelan lagi. "Aku masih mau gini. Ngantuk kalau habis dikeluarin."

"Z..." aku mengerang, malu.

Dia tertawa sambil mengantuk, lalu mulai mendorong samar.

Awalnya pelan, kemudian menjadi hunjaman-hunjaman cepat.

"Aw, Z, stop!" pekikku.

Z berhenti.

"Sorry," gumamnya.

Dia memelukku erat-erat.

"Sebentar lagi aja," bisik Z. "I want to cuddle."

Aku ragu-ragu sejenak.

"Nggak lagi," dia berjanji.

Z mempertahankan posisi itu, mengecup keningku, lalu sedikit-sedikit mengeluarkan bukti persetubuhan kami. Jejaknya perih dan lecet. Aku lebih suka saat Z masih di dalam.

Cowok itu tenggelam di dalam selimut, sebagian wajahnya bersarang dengan nyaman di celah payudara-ku. Perlahan-lahan, dia membuka kelopak matanya. "I'm thirsty," katanya, lalu menyeringai kecil.

Ya ampun. Cowok ini tengil di tempat tidur. "What do you want?"

"Vanilla milk." Z mengusapkan pipinya pada gundukan lembut itu. "Heavy on the honey."

From strangers to getting asked to breastfeed him. Aku memutar bola mata. Aku ingin menggetok kepala Z karena cowok ini bandel.

"Juliette, Juliette," Z menarik-narik rambutku, "boleh nggak?"

"Ih, kamu itu aneh banget!" Aku menepak punggungnya. "Jangan lama-lama—udah sore."

Mimpiku memudar di bagian aku merasa kami paling akrab. Z membiarkan aku memegang rantai tipis di lehernya; menariknya supaya cowok itu melepaskan bibir, lalu mendorongnya perlahan sampai mulutnya penuh dengan payudaraku. Aku tertawa, dan dia tertawa—Z sepenuhnya berada di bawah kendaliku. We had fun, but it didn't last long.

Aku terbangun. Masih dengan cincin Z di jari manisku.

Kulitku ngilu mendambakan sentuhan Z. Aku memeluk guling erat-erat, lalu membalik tubuhku dan memicingkan mata untuk melihat jam di nakas. 4:50. Sudah subuh. Z mungkin sudah bangun.

Here & AfterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang