Bab 34

76 10 0
                                    

"Membiarkan orang lain sembuh lalu mempertahankan diri sendiri yang sakit itu hal luar biasa."

Jam sudah menunjukkan pukul 06.30
Berkali-kali bik Surti menatap ke arah tangga, menanti seseorang yang biasanya sudah turun dan menyapanya lebih awal.

Risa dan Nikol sendiri sudah pergi sekitar pukul empat subuh tadi, sebelum Brian bangun. Risa ada jadwal oprasi, sedangkan Nikol akan berangkat kembali ke Kalimantan.

"Aden..." Panggil Bik Surti karena sejak tadi yang ditunggu tidak kunjung datang padahal makanan kesukaan Brian sudah disediakan.

"Ini kan hari kamis? Aden emang gak sekolah?" Gumam Bik Surti. Lima menit kemudian, wanita itu memilih menyusul Brian ke kamarnya.

Diketuknya pintu kamar Brian yang masih terkunci rapat. Tidak seperti biasanya.

"Aden. Aden enggak sekolah? Udah jam setengah tujuh nih! Ntr telat loh!"

Tak ada jawaban dari dalam. Bik Surti terdiam sesaat lalu mengulangi kembali pertanyaannya. Nihil. Hasilnya masih sama, tak ada jawaban dari Brian. Karena khawatir, Bik Surti akhirnya memutar knp pintu yang ternyata tidak terkunci.

Suasana kamar masih sama seperti tadi malam. Sedikit berantakan dengan televisi yang masih menyala. Hanya saja kali ini sudah menayangkan kartun lain.

"Astaghfirullah. Apa gak meledak tv nya dihidupin semalaman?" Gumam Bik Surti lalu wanita itu mematikan televisinya. Seketika suasana tantangan film tadi berganti menjadi suara racauan Brian.

"M-mama....d-dingin...."

"S-sakit....P-panas..."

Seketika Bik Surti berbalik menatap tempat tidur Brian. Rupanya cowok itu tengah terbaring meringkuk seraya memeluk tubuhnya sendiri. Tubuh yang terlihat kian kurus itu tampak menggigil.

"Astaghfirullah! Aden sakit?"

Bik Surti begitu khawatir. Ditampakkannya telapak tangannya di dahi Brian. Bik Surti sampai terkejut karena ternyata suhu Brian begitu panas. Brian demam.

"Ya Allah.... Pantesan bibik tungguin gak turun-turun. Sebentar ya, Aden. Bibik telpon nyonya dulu."

Baru saja bik Surti hendak berbalik dan pergi, tapi tangan Brian cepat mencekal Bik Surti. Cowok itu menatap Bik Surti sendu. Tatapan cerita seorang Brian itu berubah menjadi tatapan sayu. Wajahnya pucat pasi. Ia lantas menggeleng. "Jangan..." Lirih Brian.

Bik Surti segera merunduk disamping tempat tidur Brian. Tangan wanita tua itu mengusap air mata Brian yang tiba-tiba keluar sendiri karena efek demam. "Kalo gitu ke rumah sakit aja ya. Biar bibik minta bantu sama Satpam."

Brian kembali menggeleng, "enggak mau." Jawab Brian dengan suara yang tercekat.

"Terus gimana? Aden sakit, masa bibik biarin aja? Apa mau ditelponin bapak?"

"Jangan. Gak usah, mereka sibuk. Jangan ganggu..." Jawab Brian.

Sekujur tubuh Brian rasanya panas dingin, kepalanya sakit, matanya perih, dan nafasnya berat.

Bik Surti menghela napas lelah. "Aden gak mau kerumah sakit? Bibik antar sama pak satpam ya?" Bujuk Bik Surti berharap Brian akan mengikuti perkataannya. Tapi lagi-lagi Brian menggeleng tidak mau.

Brian Airlangga (TAMAT)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang