Suatu saat yang pergi akan tetap pergi. Bukan karena dia ingin, ia hanya memenuhi panggilannya.
_Brian Airlangga.Rintik hujan turun dipagi ini. Rerumputan juga pepohonan diarea pemakaman tampak basah. Seorang laki-laki berjalan lesu menuju salah satu pusara yang ada disana. Sebuah gundukan tanah yang masih berwarna merah. Bahkan sisa-sisa bunga yang ditabur kemarin masih terlihat bagus.
"Mama, Brian datang...." Katanya, lalu ia letakkan bunga mawar putih yang ia bawa didekat batu nisan bertuliskan nama wanita itu.
Brian duduk disampingnya, menyentuh batu nisan itu dengan tangan bergetar. Ia usap bulir-bulir air hujan diatasnya. Hati Brian seakan dihancurkan lagi, ia tak percaya semuanya terjadi secepat ini.
Senyuman getir pun terlukis diwajah pucat pasi milik cowok itu. "Mama kenapa pergi secepat ini, ma? Bri pikir Bri duluan yang bakal pergi." Ucapnya. Brian tertawa kecil, "mama curang." Lanjutnya.
"Mama tau gak? Bri dulu takut banget ninggalin mama. Brian mau bareng mama terus. Tapi ternyata mama yang gak mau bareng Brian."
Menghela napas pelan, Brian lalu memeluk gundukan tanah itu, seoalah ia tengah memeluk sang pemiliknya. Ia tidak perduli jika saat ini kemeja putihnya kotor karena tanah basah itu. "Brian bandel ya, ma? Mama udah capek ya? Maafin Brian ya, ma. Nanti kalo kita ketemu Bri mau peluk mama yang lamaaaaa banget."
"Sayang mama banyak-banyak. Bri akan selalu datang ke sini setiap hari. Janji...." Ujarnya seraya mengacungkan jari kelingking nya berjanji.
Untuk waktu yang lama Brian memeluk gundukan tanah itu, membiarkan dirinya juga ikut tersiram rintik hujan yang tak mau berhenti. Hingga tak terasa hujan itu mulai berhenti dan berganti sinar mentari yang hampir tenggelam.
Brian membuka matanya, ia baru saja terbangun. Terlalu nyaman memeluk gundukan tanah itu hingga tak sadar waktu cepat berlalu.
Brian bangkit dari tempatnya, ia usap jejak air mata yang masih membekas di bawah matanya. "Mama Bri pulang dulu, besok Bri datang lagi ya."
°°°®°°°
"Gue yakin Brian pasti ngerasa hancur banget sih. Mamanya benar-benar pergi secepat itu." Ujar Atuy.
"Gue juga gak percaya." Kata Rafa ikut menyahut.
Ipal yang sejak tadi diam lantas menghela napas lelah, "gue mau ketemu Brian. Gak tau dia sehancur apa sekarang tapi kita harus tetap ada untuk dia. Gimana pun dia itu bagian dari kita, walaupun...." Ipal menggantung kalimatnya. Ia menatap sebentar pada Malvin yang terlihat melamun dan tak mendengarkan teman-temannya.
"Dia ketua kita dulu, walaupun sekarang udah ada Malvin lagi tapi dia tetap bagian dari G-Dragon." Lanjutnya.
Semua mata lalu tertuju pada Malvin. Cowok itu tampak menatap kosong langit-langit bascamp. Entah apa yang ada dipikiran cowok itu saat ini.
"Vin, lo mikirin apa?" Tanya Iqbal yang duduk tepat disampingnya.
Malvin tersadar. Cowok itu tampak kikuk setelahnya.
"Mikirin apa, Vin?" Tanya Atuy mengulang pertanyaan Iqbal.
"Gu-gue cuma gak nyangka aja mamanya Brian pergi secepat itu. Kasian juga Brian yang belum sempat ketemu sama mamanya lagi. Gue juga tau gimana rasanya ditinggal mama. Rasanya...." Malvin menghela napas sebentar karena terlalu sesak. "Rasanya hancur." Lanjut Malvin sesaat kemudian.

KAMU SEDANG MEMBACA
Brian Airlangga (TAMAT)✓
Teen Fiction"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga "Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga "Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...