"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga
"Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga
"Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...
Jika cerita ini luka, lalu apakah obatnya adalah sebuah ending?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brak! Suara pintu kamar yang dibuka kasar membuat Justin yang tengah sibuk menyesap sebatang rokok sembari memperhatikan layar laptopnya menoleh secara intens. Keningnya berkerut saat melihat kedatangan seseorang dengan wajah datar dan pucat disertai lebam-lebam. Sosok yang tak lain adalah sepupunya sendiri, Zio Angkasa.
Tanpa mengatakan apapun, Zio berjalan menuju tepian ranjang dan langsung menjatuhkan diri disana. Tak lama, Zio langsung bangkit kembali saat mendengar suara video yang diputar oleh Justin.
Cowok itu menatap Justin datar. Sedangkan Justin menatap penuh tanda tanya.
"Lo kenapa?" Tanya Justin. Tapi pertanyaan itu dibiarkan melayang di udara begitu saja.
"Bokap lo main tangan lagi?"
"Biasa." Jawab Zio seolah hal itu memang bukan hal yang aneh lagi.
Zio diam tak berkutik. Karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban, Justin lantas berdiri dari tempatnya. Tapi belum sempat ia melangkah, suara tawa miris dari Zio membuat cowok itu berhenti.
"Ternyata lo masih punya hati." Celetuk Zio pelan tapi masih terdengar jelas ditelinganya.
"Lo masih memperpanjang kasus kematian Shaka?" Tanya Zio sembari terus memperhatikan Vidio yang terputar.
Kali ini Justin yang diam. Ia menatap Zio kosong, sampai Zio balik menatap dirinya.
"Gue ketemu Malvin." Ujar Zio. Sesaat kemudian cowok itu menarik sudut bibirnya karena melihat perubahan ekspresi diwajah Justin.
"Lo tau apa yang terjadi?" Tanya Zio.
"Malvin masih menganggap lo sahabat sekalipun lo sejahat ini sama dia. Sedikitpun Malvin gak pernah dendam sama lo. Dia gak pernah benci sama lo. Dia benar-benar masih berharap lo kembali jadi sosok yang dulu. Tapi kenapa_"
"DIAM!" Potong Justin dengan nada tinggi. "Lo gak tau apapun. Lo gak tau apa yang terjadi antara gue dan Malvin. Bukan gue yang jahat, tapi DIA!! Dia pembunuh!!" Dua kata terakhirnya begitu penuh penekanan sebagai bentuk emosi yang tertahan.
Zio diam. Ia menatap Justin lekat-lekat. "Gue emang gak tau masalah apa yang sebenarnya terjadi. Tapi yang gue tau, Malvin setulus itu menganggap lo sahabat. Tatapan matanya gak bisa bohong kalo dia ngerasa kehilangan lo."
Zio berjalan mendekati kearah Justin hingga keduanya benar-benar berhadapan. "Justin...." Ucap Zio seraya memegang pundak sepupunya itu.