"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga
"Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga
"Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...
Sejauh apapun kita nanti, jangan jadikan jarak sebagai penghapus rasa.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Deru knalpot motor membuat bising suasana malam. Sekitar pukul 02.00 dini hari anak-anak G-Dragon sudah berkumpul ditempat dan siap berhadapan dengan lawan didepannya.
Astro hadir dengan Justin sebagai pimpinan mereka yang berdiri ditengah-tengah, sedangkan G-Dragon dibawah pimpinan seorang Brian Airlangga. Barisan dengan anggota sama banyak itu saling terlihat gagah satu sama lain. Kobaran api seolah tampak dari sorot mata mereka.
Heandband berwarna hitam dengan logo kebesaran G-Dragon melingkar apik dikepala Brian Airlangga. Dimata semua anggota, Brian tampak sebagai pemimpin yang gagah, berani. Namun dibalik itu, hanya Ipal yang menyadari bahwa tangan kanan Brian sesekali meremat kuat bagian pinggangnya. Hanya Ipal yang menyadari betapa lemahnya ketua mereka malam ini.
"Lo baik-baik aja kan, Bri?"
Sayang kalimat itu hanya terucap didalam hati.
Dari tempatnya, Brian menyorot barisan Justin. Ia mencari keberadaan seseorang, tapi tidak ia temukan sosoknya. Ia ingat betul perkataan Zio, bahwa ia akan berada disana. Tapi kemana sosok itu?
"MALAM INI, G-DRAGON YANG AKAN HANCUR!!" Teriakan Justin disusul oleh seruan semangat dari anggotanya. Seolah kemenangan itu sudah pasti menjadi milik Astro.
Justin menyorot Brian, begitupun sebaliknya. Tatapan penuh amarah, penuh emosi, dan keinginan kuat untuk saling menghabisi.
Detik berikutnya kedua leader itu maju dan beradu pandang dalam jarak yang cukup dekat.
"Lo siap kalah, Brian?" Justin terkekeh.
Brian lantas berdecih dan melemparkan senyuman yang tak kalah meremehkan. "Lo pikir kemenangan pasti jadi milik, lo?"
"Kalo iya?"
"Lo salah! Gue gak akan biarin seorang penjahat kayak lo terus-terusan berada diatas, Justin."
Justin menyeringai, lalu kian menatap Brian tajam. "oh ya? Kita liat nanti...."
Sementara itu, Ipal yang berada didekat ketiga inti lainnya tampak gelisah. Bukan apa-apa, ia yang jelas tau dan mengerti bagaimana keadaan sahabatnya itu mati-matian dilanda khawatir. Ia takut jika mimpi yang pernah ia alami akan menjadi sebuah kenyataan yang menakutkan.
Plak! Tanpa diduga Atuy menggeplak kepala Ipal.
"Gelisah amat. Lo gak lagi kebelet pipis kan?" Celetuk Atuy dengan tampang selengean.