"Tertawalah sampai kau lupa dengan yang namanya luka" _Brian Airlangga
"Mereka akan sangat bahagia dengan tawa yang kau ciptakan,hingga mereka lupa jika sedang dibohongi" _Brian Airlangga
"Air mata yang ku hapus saat ini,mungkin akan tumpah lagi di...
Luka ini belum sembuh, tapi kenapa sudah dihantam luka baru? Tuhan apakah aku memang sekuat itu? _Brian Airlangga
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Flashback on.... Brian menatap langkah Abah yang meninggalkan dirinya sendirian di balkon kamar. Setelah Pria itu benar-benar lenyap dari pandangan nya, Brian lantas terdiam menatap langit gelap diatas sana.
Tidak ada yang menarik diatas sana, tapi dengan melihat hamparan langit yang gelap itu, seolah Brian dapat melihat bayangan orang-orang tersayang nya. Ia seakan melihat Milka, melihat teman-temannya, dan saat bayangan Risa muncul membuat Brian meneteskan air mata secara tiba-tiba. Rasa sesak itu seakan menghimpit dada Brian dan tidak memberikan ruang untuk bernapas lega.
Sesenggukan kecil mulai terdengar meski Brian mati-matian menahan tangisnya. Ia tidak bisa berbohong jika kerinduan itu menguasainya, bahkan sekarang rasanya jauh lebih besar dari pada hari-hari sebelumnya.
"Mama...." Lirih Brian dengan suara yang tertahan.
"Kenapa rasanya sakit banget, Ma? Kenapa Brian seakan kehilangan mama? Kenapa rasa rindu Brian besar banget?"
"Brian kira perpisahan selama ini udah cukup. Tapi kenapa sekarang Brian harus jauh lagi dari mama? Brian takut...."
Derai mata Brian kian deras membasahi wajahnya. Dari sekian banyaknya sakit, ternyata menahan kerinduan pada ibunya adalah hal yang terberat.
Brian menangis sendiri malam ini, menangis seraya memeluk dirinya sendiri, "padahal Bri butuh pelukan mama sekarang. Mama bakal ngerawat Bri juga seperti pasien-pasien lain kan ma? Bri, sakit ma....Ginjal Brian rusak, tapi mama gak tau. Maafin anak mama yang udah bohongin mama ya...."
Cowok itu makin terisak. Andaikan saja pelukan erat itu ia dapatkan dari Risa. Andaikan saja ia ada disamping wanita itu sekarang.
Cukup lama Brian terisak seraya memeluk dirinya sendiri. Hingga suara dari handphone nya membuat Brian menoleh, menatap Benda itu.
Sebuah logo panggilan tampak dilayar handphone, sebuah panggilan dari sosok yang baru saja ia tangisi. Itu panggilan dari Risa. Dengan cepat cowok itu menyambar handphonenya dan mengangkat telpon.
"Halo sayang...." Suara lembut milik wanita itu membuat Brian terpaku. Jujur ia senang, tapi Sayangnya suara saja tak mampu menghilangkan perasaan gundahnya. Brian ingin berada dekat dengan wanita itu, bahkan ingin merasakan pelukan Brian.
"Ma-mama...." Lirih Brian dengan suara yang tercekat.
"Bri kenapa? Abis nangis ya?" Tanya Risa. Tebakan wanita itu benar bukan?