Kaluna
Colleen Hoover di It Ends With Us-nya bilang, "Just because someone hurts you doesn't mean you can simply stop loving them. It's not a person's actions that hurt the most. It's the love."
Saat ini, aku tidak berani menyebut this is love. I don't even know what love is anymore.
Pertama, dikhianati sedemikian rupa oleh seseorang yang pernah mampu membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Sampai akhirnya jadi sakit sesakit-sakitnya memaksa diri menerima kenyataan bahwa dia hanya sekedar mampir, walaupun mampirnya hampir jadi pendamping hidup. Lalu berakhir dengan mengurung diri di kamar dua bulan. Dua bulan jadi orang paling useless di dunia, yang kerjanya menangis, mengharapkan kehidupan pernikahan dengan orang yang jelas-jelas bajingan, menertawai kebodohan, and repeat. Aku tidak tahu, apakah itu cinta atau tolol?
Kemudian, yang kedua ini. Laki-laki asing yang sekarang pun masih asing, meskipun sudah jadi suami. Entah apa jadinya kalau aku juga sudah jatuh hati dengan sosoknya. Perasaan aman dan nyaman di sekitar dia justru menahan diriku untuk tidak bisa sepenuhnya membenci Baskara. Sejujurnya, aku masih bingung seperti apa aku harus mengategorikan perasaanku kepada laki-laki yang sedang sibuk membuatkan sarapan untuk kami itu.
Aman dan nyaman? Tenang dan menenangkan? Atau jangan-jangan buah dari pemikiran 'yang penting gue nikah'?Entah. Yang bisa kupastikan ini jauh dari kata cinta. Begitu juga dengan dia. Aku yakin tidak ada kata itu dari dia untukku.
Jadi kesimpulannya, ini kami cuma sebatas dua orang asing yang kebetulan tidak keberatan dengan pilihan orangtua, lalu menikah?
Main rumah-rumahan for adults?
"Hari ini kamu ke Edward lagi?" Baskara meletakkan chicken sandwich masing-masing satu di piringku dan piringnya. Satu mug coklat panas untukku, dan satu cangkir kopi hitam untuk dirinya.
"Iya," jawabku singkat.
Maunya, sih, kujawab versi lengkap seperti, "Iya. Kemarin aku sudah pilih cover, ada sedikit perubahan. Nah, hari ini aku perlu cek lagi sama Tim Editor-nya. Sudah nggak sabar lihat hasil final cover-nya." Dan, mungkin ditambah sedikit nada manja, atau gelayutan di lengan kekarnya, atau mungkin seharusnya pembicaraan dengan topik ini justru terjadi tadi malam. Satu-satunya waktu yang bisa kami manfaatkan untuk quality time. Saling cerita hari masing-masing. Saling appreciate pencapaian masing-masing. Lalu, ditutup dengan pelukan, ciuman, sentuhan-sentuhan kecil nan manis, sebelum akhirnya tertidur nyenyak. Selayaknya pasangan pada umumnya.
Pengandai-andaian luar biasa yang cuma bisa kubayangkan dalam kepala.
"Pulang jam berapa?"
Beberapa detik aku hanya menatap Baskara. Seperti sadar sepatutnya pertanyaan itu ditujukan untuk dirinya sendiri, dia mengoreksi kalimatnya.
"Maksudku, mungkin aku bisa jemput kamu."
"'Kan bawa mobil sendiri-sendiri. Aku bisa pulang sendiri, kok." Sebisaku jawaban yang meluncur dari mulut ini tidak terdengar terlalu monoton. Ada sedikit-sedikit intonasi normal yang kuselipkan ke obrolan tak normal kami ini.
Kepalaku mulai berdenyut. Berhadapan dengan kecanggungan yang sama tiap hari seperti ini, bukan hanya membuat capek hati, pikiran juga jadi tidak fokus. Sampai beberapa kali aku perlu minum obat sakit kepala atau migrain. Kedua jenis obat itu juga kusiapkan di tas, jaga-jaga siapa tahu sakit kepalaku kumat waktu di luar rumah.
Breasts and Eggs-nya Mieko Kawakami punya satu narasi yang bisa dijadikan jokes menohok untuk situasiku saat ini. "What's the secret to a long life? Stay away from men."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wedding Ring [Juara 2 AJ5 by HWC Publisher]
Romance[ATTENTION! Novel ini adalah spin off "Pintu Merah Jambu", dan hanya tersedia sampai Bab 28 di Wattpad, ya. Versi lengkapnya ada di versi novel cetak. Kalau ada yang berminat beli, boleh drop comment aja. Selamat membaca 🫰🏻☺️] ...