16. "Saya Dira."

59 9 12
                                    

Kaluna

Pasal 1 tentang Bentuk Kerja Sama. Pasal 2 tentang Lisensi. Pasal 3 tentang Hak Cipta. Pasal 4 tentang Kompensasi. Pasal 5 tentang Syarat Naskah Buku, dan seterusnya sampai Pasal 15 mengenai Ketentuan Khusus Percetakan dan Pembayaran.

Kesemua pasal dalam Surat Perjanjian Kontrak Naskah dengan Edward Writing Publishing sudah kubaca setelah dikirim via email semalam. Pagi ini aku datang ke kantor mereka untuk menandatangani perjanjian tersebut.

Ketika aku mulai menggoreskan pulpen di atas meterai dan namaku itu, seolah dunia sedang menyaksikan hari bersejarahnya lagi. Ya, hari bersejarah untukku. Akhirnya, setelah sekian lama mencoba menulis banyak naskah, sebagian selesai, sebagian lagi teronggok di folder-folder laptop; setelah berulang kali mengirim naskah ke beberapa penerbit, dan selalu berakhir dengan tidak adanya kabar apa-apa, yang diartikan sebagai tanda bahwa naskahku ditolak; kini aku berhasil menelurkan satu karyaku.

Satu yang tertulis di masa-masa tersuram dalam hidupku. Ketika semuanya terasa tidak adil. Seakan Tuhan sedang menjatuhi hukuman terberat-Nya untukku. Duniaku hanya sebatas sepetak kamar, sekaligus yang menjadi saksi betapa kisruh pikiranku ketika mencoba menenangkan diri di antara segala yang berbalik menjadi mimpi buruk tak berkesudahan.

Satu yang terlahir setelah kegagalan yang bukan hanya menjungkar-balikkan hidupku, tapi juga meninggalkan kekecewaan di keluarga besar, terutama Mama dan Papa.

Satu yang selesai beriringan dengan melangkahnya aku kembali ke tahap yang sempat kucicipi manisnya. Persiapan pernikahan. Yang akhirnya benar-benar terwujud berbarengan juga dengan hampir tercapainya cita-cita masa kecilku.

"Ikut senang akhirnya tinggal tunggu cetak." Mbak Gina menjabat tanganku usai kuserahkan berkas kontrak itu.

"Terima kasih banyak. Maaf kalau saya suka telat setor revisian,"sahutku tersenyum canggung.

Mbak Gina tertawa kecil, "Yang penting sekarang sudah beres."

Setelah pamit, aku segera ke luar dari ruangannya. Ada satu lagi agendaku pagi ini, yaitu datang ke kantor Baskara, rumah yang sudah beralih fungsi jadi workplace itu. Selain untuk memberikan kabar bahwa aku sudah teken kontrak dengan Edward, aku juga mau memberitahu hal penting lainnya.

"Kalau aku lolos interview, aku mau satu hal."

"Ya?"

"Aku setuju kita liburan. Tiga hari. With no distractions."

Obrolan yang mencapai mufakat ditandai dengan anggukan Baskara seminggu yang lalu itu muncul di otak. Kesepakatan itu seolah jadi kemajuan terpesat dalam hubungan abnormal kami. Aku sengaja tidak mengubah sikap selama belum ada kepastian tentang hasil interview. Aku masih tetap membiarkan Baskara dengan kebiasaannya memasakkan sarapan kami, mengecek shower, mengecek mobilku, dan kebiasaan pulang larut malamnya.

Pun komunikasi kami yang terasa seperti dry text, tidak sama sekali kuusahakan untuk jadi lebih luwes. Sampai akhirnya tadi di sela menunggu giliran mengurus kontrak Mbak Gina, satu email pemberitahuan dari The Blissful membuatku yakin bahwa this is the time. Time for us.

Sebelum benar-benar menuju kantornya, kusempatkan ke Kopikalyan yang di daerah Menteng juga. Baskara pernah cerita kalau dia penikmat kopi hitam, tapi terkhusus Kopikalyan Single malah jadi seperti istirahat sejenak dari nendangnyanya kopi double shot.

"Mereka, sih, claim it's 100% arabica, tapi yang dominan rasa creamy-nya, not bad, karena rasanya nggak berlebihan. Manisnya juga pas. Kapan-kapan kamu perlu coba, Kal." Begitu kata Baskara waktu kami masih dalam masa persiapan pernikahan.

The Wedding Ring [Juara 2 AJ5 by HWC Publisher]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang