15.

143 6 0
                                    

Happy Reading ✨

"kakak akan minta ayah buat mindahin sekolah kamu" ucap Evan saat mengetahui bahwa Salma adiknya memiliki perasaan pada Arka yang berbeda keyakinan.

"Kak jangan, Salma mohon" jawab Salma dengan mata berkaca-kaca.

"Apa yang kamu harapin dari dia?, sudah jelas di agama masing-masing melarangnya"

Hiks.. hiks..
Salma mulai terisak, ia tak tau harus berkata seperti apa lagi jika kakaknya sudah marah.

Salma tak mempunyai keberanian untuk menatap netra milik evan, ia masih saja menangis dengan mendekap boneka ke sayangannya.

"Kakak nggak melarang kamu pacaran, tapi tolong jangan dia" ucap Evan sedikit melembut.

"T-tapi kami saling cinta" jawab Salma ditengah isak tangisnya.

"SALMA CUKUP" Evan kembali meninggikan suaranya.

Hosh.. hosh.. hosh..

Salma terbangun dari tidurnya dengan deru nafas yang memburu.

Mimpi yang baru saja ia alami seperti nyata, bulir air matanya mulai membasahi pipi, sakit di dadanya juga terasa amat nyata.

"Hanya mimpi tapi seperti nyata" gumamnya dalam hati. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali lalu beranjak mengambil air minum yang biasa tersedia di meja kamarnya.

Tak lama adzan subuh berkumandang, Salma segera beranjak mengambil air wudhu dan lekas menunaikan kewajibannya.

.
.

Pukul 06:15
Salma tiba disekolahnya.

Pagi yang sangat buruk bagi Salma karena mimpi yang ia alami semalam membuat dirinya ketakutan dan berusaha menghindari Evan kakaknya.

Hari ini Salma lebih pendiam dari biasanya, ia tampak menghindari Evan saat di meja makan tadi pagi. Lalu Salma juga lebih memilih berangkat ke sekolah dengan di antar oleh pak Dadang dari pada di antar oleh Evan.

"Astaghfirullah" ucap Sisca saat baru tiba di kelas dan melihat perempuan sedang duduk sendiri di dalam kelasnya. Menampilkan rambut yang di biarkan menari kesana kemari.

Salma yang sedang melamun di bangkunya itu pun terkejut dengan kedatangan Sisca. Ia lantas menyikap rambutnya ke belakang telinga.

"Gue kira hantu, Tumben banget rambut lo cuman di gerai" ucap Sisca lagi.

"Eumm.. lagi pengen aja digerai" bohongnya.
Padahal karena terburu-buru menghindari Evan ia tak sempat menguncir bahkan menyematkan pita di rambutnya.

"Bukannya jadwal piket lo masih besok? Tapi kenapa lo dateng sepagi ini sekarang" ucap Sisca.

"Gue pengen nemenin lo" bohong Salma lagi.

"L-lo baik-baik aja kan?" Tanya Sisca ragu-ragu.

"Udah sana piket gue bantu doa dari sini" ucap Salma mengalihkan pembicaraan.

Sisca meletakkan tasnya dan segera mengambil penghapus papan, Sisca juga sesekali memandangi Salma yang masih melanjutkan kegiatan melamunnya.

"Sal serius deh, mending lo baca novel kayak biasanya aja. Lama-lama merinding gue liat lo ngelamun gitu" ucap Sisca.

"Lagi nggak mood gue" jawab Salma disertai kekehannya. Ia merasa lucu melihat ekspresi Sisca seperti sedang ketakutan.

"Dorrr" ucap Yura yang baru saja tiba dan diikuti dengan Daniel di belakangnya.

Diary Salma!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang