Area 21+. Terdapat adegan kekerasan fisik, ucapan, serta tindakan.
Seluruh cerita ini di buat hanya untuk hiburan semata bagi para pembaca juga penulis sendiri.
Kisah dan karakter yang ada didalam cerita tidak mencerminkan kehidupan asli bagi p...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kelopak mata seorang wanita perlahan terbuka, sorot mata kosong menatap langit-langit kamar. Bulu mata lentiknya sedikit bergetar dengar bibir tebal seksi merapat seakan menahan sesuatu.
Wajah cantik itu terlihat rapuh. Menoleh kearah pintu berwarna putih tulang seakan ingin mengatakan 'aku tidak ingin disini' . ada perasaan sesak teramat dalam, hingga membuat jemarinya mencengkram selimut kuat-kuat, menyalurkan perasaan yang ia rasakan.
Tidak lama, pintu besar itu perlahan terdorong dari luar kamar. Ekspresi wajah yang tadi nampak rapuh sontak berubah waspada, dengan cepat beringsut duduk, walau lehernya masih terasa sakit bukan main.
"Kau sudah sadar?" Sosok pria tua dengan rambut yang hampir memutih, namun tubuhnya masih terlihat gagah masuk kedalam.
"Syukurlah, kau tidak mati di tangan bocah berandalan itu." Ucapnya begitu tenang seraya berjalan mendekati ranjang.
Karisma pria ini begitu kentara. Wajah serius meski ditumbuhi jambang tebal nampak sangat berwibawa.
Inikah sosok Mr Steven, yang begitu di segani setiap orang?
"Kenapa kau menyelamatkan ku?" Tanya Ruby tak bersahabat. Tanpa ada rasa hormat sedikit pun.
"Kenapa? Kau lebih suka bernasip sama seperti kakakmu?"
"Dia pantas mendapatkan itu!" Tekan Ruby dengan sorot mata penuh dengan amarah juga kebencian.
Mr Steven terdiam. Ketenangan pria paruh baya itu perlu diapresiasi karena sama sekali tidak terpancing emosi akan sifat kurang ajar Ruby yang nyatanya sebelas dua belas dengan perangai tidak berada sang cucu.
"Aku bisa menyelamatkan hidupmu. . . , asal kau menurut." Ucapnya tenang.
"Hanya dalam mimpi mu!" Desis Ruby menyibak selimut asal, kemudian mengulurkan kedua kaki turun ke lantai.
Mr Steven menyeringai licik melihat Ruby meringis kecil saat bagian tulang leher serta pergelangan kakinya terasa begitu sakit ketika di gerakkan.
Wajah cantik itu memucat. Ruby ingat betul bagaimana kuat cekikan serta pukulan Kairos beberapa waktu lalu hingga membuat beberapa bagian tubuhnya mulai mati rasa.
"Menurutlah. Aku bahkan sudah mengetahui kartu As-mu."
Ruby melirik tajam pada Steven melalui ekor mata. Namun pria paruh baya itu sedikit pun tidak terprovokasi. Sebagai sosok yang sudah berlumuran dosa di dunia gelap, aura Steven bahkan mengeluarkan hawa intimidasi yang begitu kuat. Dan Ruby akui itu.
"Aku bisa membebaskan mu dari rumah bordir itu, tapi dengan mudah aku juga bisa kembali memasukkan mu kesana."
"Kau mengancam ku?" Ruby menggeletukan gigi geram, saat secara tidak langsung Steven melayangkan ancaman untuknya.