Kemurkaan Kairos .

202 38 12
                                    

                                    Happy Reading




Typo!




    ...


St. Petersburg

    Satu bulan sudah Ruby memiliki pekerjaan tetap dimana ia menjadi seorang mentor untuk model junior di salah satu perusahaan agensi yakni Skymodels Management. Sepak terjang dia kala menjadi model majalah dewasa ternyata dikagumi oleh beberapa senior yang dulu pernah melihat Ruby melakukan pemotretan.

Kebetulan didaerah tempat tinggal mereka ini memang sedang ada jadwal pemotretan hingga Ruby mudah untuk mencari peluang disana.

Awalnya mereka membujuk Ruby untuk langsung terjun menjadi model utama. Namun, Ruby menolak dengan alasan dia sudah lama pensiun. Dan alhasil, Ruby hanya memilih untuk menjadi mentor bagi para model Junior saat melakukan pemotretan.

"Bagiamana menurut-mu,? Apakah sudah bagus?" Tanya joseph sang fotografer muda dengan wajah tampan rupawan kepada Ruby yang berada di dekatnya.

Yang ditanya segera melihat hasil jepretan Joseph dan tentu tidak perlu ditanyakan lagi bagimana hasilnya. Sebab Joseph sendiri bukanlah seorang fotografer abal-abal, tetapi biarlah. Itu salah satu modus!

"Bagus." Ruby menjawab apa adanya.

"Syukurlah. Aku merasa kurang agak sehat hari ini, jadi tidak bisa begitu optimal dalam memotret." Keluh Joseph seraya menghela napas berat.

Pria tampan dengan ciri khas tindik di telinga serta rambut sedikit agak panjang itu tampak menaruh rasa terhadap Ruby yang selalu biasa saja dalam menanggapi dirinya.

"Pergilah istirahat kalau begitu. Lagipula hanya tinggal satu sesi pemotretan, jangan terlalu memaksakan diri. Eum____ Aku akan memeriksa anak asuhku dulu." Pamit Ruby pergi begitu saja seolah benar-benar membatasi diri.

Lagi-lagi Joseph menghela napas berat. Menatap redup kearah studio pemotretan dimana dua orang wanita cantik tampak berbincang intens.

"Kapan kau akan luluh padaku?" Batin Joseph merasa jika Ruby begitu sulit untuk di gapai.

Yaa, Ruby telah bertekad bahwa dia tidak ingin bermain-main dalam suatu hubungan. Tujuan utama wanita itu adalah hanya untuk menghidupi sang putra tercinta dengan baik dan berusaha menjauh dari setiap orang yang berpotensi merusak kehidupannya.

Contohnya saat ini. Ruby yang tampak sedang fokus mengarahkan para anak asuhnya lagi dan lagi harus dibuat kesal oleh beberapa model senior yang terus membicarakannya di belakang.

Terkadang, Ruby ingin sekali rasanya merobek mulut kurang ajar mereka. Tapi, itu tidak mungkin. Walau bagaimanapun pekerjaan yang dia miliki saat ini terlalu sulit untuk didapatkan.

"Gunakan ekspresi dan juga gestur-mu. Sebuah foto itu harus memiliki nyawa walau hanya sebuah benda mati." Titah Ruby memfokuskan kegiatan melatih para junior-nya yang benar-benar butuh bimbingan.

"Alice! Angkatlah sedikit dagumu. Buat seolah-olah sorot mata-mu sayu, lalu buka sedikit bibirmu. Emm, sedikit lagi dan___ Yaa, seperti itu!" Ruby berseru semangat kala anak asuh dia dapat melakukan pose seperti yang telah diarahkan nya.

"Ck. Semenjak wanita itu datang banyak junior yang menjadikan dia sebagai mentor. Memang apa bagusnya dia?" Gerutu salah satu model senior yang berdiri tidak jauh dari tempat Ruby berada.

"Benar. Kenapa tidak dia sendiri saja yang langsung menjadi modelnya!" Tambah yang lain menimpali.

"Halah, paling juga sedang pencitraan. Aku yakin dia pasti menggunakan selangkangan pada seluruh atasan!"

MARRIAGE WITHOUT LOVE || 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang