26. The Real "Pelaku."

140 23 34
                                    

Jangan lupa follow~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa follow~~

Tandain typo~~

"Kayaknya emang dia pelakunya," ujar salah seorang laki-laki berhoddie hitam yang sedang menatap sebuah layar ponsel.

"Seratus persen."

"Udah dibaikin malah ngelunjak, emang gak tau diri." Ujar yang lainnya.

Ketujuh laki-laki yang sedang berada di sebuah ruangan bernuansa putih sedang membahas sosok dibalik insiden Juna beberapa hari lalu.

Dan kalian bisa tebak pelakunya? Sangat mustahil tetapi memang itu faktanya, seseorang yang bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Ada yang bisa tebak?

"Jadi, kalian mau lakuin apa sama dia?" Juna memandangi teman-temannya.

"Labrak, jebolin pintunya, patahin tulangnya, hilangkan ingatannya." Ujar Haikal dengan bayangan sadisnya.

"Buset, sadis bener lo, Kal." Mahen pun tidak menyangka Haikal akan berkata demikian.

"Kita temui dia, habis latihan nanti." Naje menatap teman-temannya, "Kita harus tau apa sebab dia ngelakuin ini."

"Iya, lagipula bang Juna juga gak pernah bermasalah sama dia kok," ujar Jeven, "Bahkan Bang Juna malah selalu baik sama dia."

"Musuh itu bisa munafik, depannya aja baik tapi belakangnya.... ya sama saja." Juna juga tidak menyangka kalau ternyata pelakunya adalah orang yang selama ini ia anggap baik.

Haikal melirik Kenzi yang hanya diam dari tadi, biasanya ia akan mengoceh panjang lebar dengan topik apapun.

"Ken, lo kenapa diem aja, ada masalah?" Haikal menepuk bahu Kenzi, "Ceritalah, jangan di pendem sendiri."

"Gapapa, lagi males ngomong aja." Kenzi menanggapi dengan santai, padahal di dalam hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Ken, biasanya lo juga cerita, dari pagi sampe malam lo selalu cerita apapun itu, sekarang gak cerita lagi?"

Kenzi menatap ke bawah dengan tatapan sayu, ia menari napas panjang lalu membuangnya perlahan.

"Gue sama keluarga lagi gak akur, lebih tepatnya sekarang dan gak tau sampe kapan," baru kalimat pertama tetapi itu sudah membuat perasaannya sedikit lega.

"Kakak gue, Kevin, dia balik ke rumah, bikin gue tersingkir, papa jadi banding-bandingin gue sama dia."

"Setiap gue liat dia, gue jadi keinget kejadian itu, gue gak benci dia, tapi bayangan waktu itu bikin gue selalu menganggap dia itu jahat.

Flashback On

"Abang, kita mau kemana?" Seorang anak laki-laki berlari mengikuti kakaknya yang sudah berada di depan.

Seven DreamersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang