• Part 14

235 30 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






•••

pincen membuka pintu,
ia melihat sosok pria yang tingginya sama dengannya yang sudah berdiri diam didepan pintu.
Pincen mengenalinya, mau tidak mau ia harus meladeni sosok lelaki ini dan mengajaknya untuk masuk ke dalam.

indra sudah selesai makannya, tapi pincen tak kunjung kembali untuk melanjutkan makannya bersama.

"Ndaaa",

indra mengenali suara itu dan dengan cepat ia ke asal suara itu.
dan benar saja, itu boris.
boris datang menemuinyaa.

bukannya bene dan oki yang akan menjemputnya kenapa malah Boris yang datang.

indra langsung memandang ke arah pincen berharap pincen akan membantunya.

"pulang yu, ndaa",

pujuk boris kepada sang adik, yang membuang mukanya dan tidak mau sedikit pun memandangi wajahnya ini.

agak sakit hatinya saat diperlakukan seperti ini, tapi mau gimana ini semua karnanya.

"maaf kan abang ndra, abang janji ga akan mengulangi itu lagi",

boris meminta maaf,
tetap saja tidak digubris oleh indra ia benar benar tak mahu memandangi wajah sang abang.

pincen ikut terdiam, ia tak tahu ingin melakukan apa apa, ia tak mau menganggu momen kedua sang adik abang ini.

Boris langsung meraih tangan indra dan mepatkan tepat didepan wajahnya.

"pukul aja Abang ndaa,
Pukul aja sesuka kamu sekuat apapun pukul aja, pake besi juga gapapa ndaa.
abang terima, terima Dengan lapang dada",

ucapan itu berhasil membuat indra menoleh ke arahnya, sebenarnya memang betul ucapannya jika indra ingin melakukan itu untuknya sangat tidak apa apa, karna itu hal yang pantas untuknya.

indra menoleh ke arah pincen ia benar benar bingung, tindakan apa yang harus ia lakukan.
pincen hanya tersenyum ke arah indra.

Inda menghela nafasnya, benar benar bingung ia tersesak dengan keadaan seperti ini. Ia melepaskan tangannya dari genggaman tangan Boris dengan paksa

"pulang ndraa, kata kamu bene udah nyariin terus kan",

indra langsung menoleh ke arah pincen saat mengatakan itu,
senyuman itu masih terpajang tapi indra tau maksud dibalik itu.

Bangkit Bersama [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang