Faizal dan Roni

924 60 3
                                    

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKTUH.

BAGAIMANA KABAR KALIAN? SEMOGA SELALU SEHAT DAN BAHAGIA.

HAPPY READING 📚.
SALAM SAYANG DARI AKU💙.

***

Azila merasa baru beberapa jam yang lalu Dia kehilangan kesadarannya, sekarang justru Azila merasa ada yang menguncang tubuhnya. Azila yang memang mudah terusik, perlahan membuka mata. Terlihat Faizal yang sudah rapi.

"Udah subuh?" tanya Azila sambil mendudukkan dirinya. Biasanya Azila akan terbangun dengan sendirinya jika waktu subuh sudah masuk, mungkin karena sudah terbiasa.

"Belum, masih jam tiga."

"Terus kenapa bangunin, gue?" tanya Azila heran.

"Ingat ucapan saya semalam sebelum tidur? Jika kamu tidak bisa mempercayai siapapun lagi, maka kamu harus yakin sama Allah." Azila dengan kesadaran yang mulai pulih memandang Faizal dengan penuh tanya.

"Kalau kamu bayak pikiran, banyak masalah. Ini waktu yang pas. Kamu ambil wudhu terus kita shalat tahajjud, luapin semua yang kamu rasakan. Kamu tidak percaya sama manusia? Maka kamu bisa percaya dan curhat sama Allah," jelas Faizal.

"Shalat wajib juga?"

"Bukan, sunnah tapi sangat dianjurkan, rugi jika tidak mengerjakannya. Nanti saya jelaskan lebih detail." Azila mengangguk, lalu berjalan ke arah kamar mandi. Faizal tersenyum lalu memilih menyiapkan perlengkapan shalat Azila.

"Ini pakai dulu," ucap Faizal saat Azila sudah berdiri di sampingnya, menyerahkan mukenah yang biasa Azila gunakan.

"Kamu niatin dulu dengan ikhlas, kalau semua yang kamu kerjakan itu benar-benar karena ingin menggapai ridho Allah, bukan karena saya suruh atau karena terpaksa." Azila mengangguk paham, kalimat itu selalu Faizal ucapkan setiap Azila ingin melakukan sesuatu, Azila bahkan sampai hafal.

***

Setelah selesai, Azila berniat untuk segera membereskan peralatan shalatnya, saat akan berdiri untuk menyimpan sejadah yang Dia gunakan, tangan Faizal lebih dulu menahan pergerakannya.

"Mau tidur lagi?"

"Udah nggak ngantuk, tapi mau buka mukenah dulu."

"Jangan dibuka dulu, saya sudah beli iqro buat kamu. Mau coba belajar mengaji?" Azila menggeleng cepat.

"Ayo, dicoba dulu, kamu juga nggak tahu 'kan mau apa. Subuh masih beberapa menit lagi," bujuk Faizal lembut. Azila diam, menimbang-nimbang.

"Udah, ayo. Niat baik nggak boleh lama-lama mikirnya." Faizal menarik Azila untuk duduk lebih dekat dengannya. Azila akhirnya setuju saja. Toh, Dia juga tidak rugi.

***

Pagi hari, Azila sudah siap. Subuh tadi Dia menghubungi Roni untuk bertemu. Dia ingin meyakinkan hatinya lagi. Meski ragu, karena takut menyesal jika melepaskan Roni.

"Kamu mau kenama? Mau ikut ke pondok?" tanya Faizal saat memasuki dapur. Azila baru saja selesai membuat sarapan. Perempuan itu bahkan sudah rapi. Dan cantik.

"Hari ini mau ketemu Roni, bisa 'kan?"

"Harus ya setiap hari?" tanya Faizal lalu meminum susu buatan Azila.

"Ya, gimana ya."

"Saya ikut." Azila melotot.

"Gue belum siap kenalin lo sama Roni. Gue takut."

"Takut? Takut sama Roni? Takut itu sama Allah," ucap Faizal, Azila memutar bola matanya malas.

"Apapun itu. Jangan sekarang ya, pliss."

Persimpangan Jalan (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang