Disaat-saat weekend, dimana ini seharusnya menjadi hari liburku, aku malah disibukkan dengan lembaran-lembaran proposal pengajuan usaha dari para biadab-biadab itu.
Padahal sudah diberi tenggat waktu satu minggu, dan mereka malah memilih mengirim sehari sebelum waktu pengiriman habis? Tolol emang.
Aku malah jadi harus lembur semalaman demi meluluskan proposal ugal-ugalan mereka ini.
Jujur saja, bukannya gak enakan. Aku ini mau balas dendam. Begitu proposal mereka diloloskan, mereka akan dihadapkan langsung dengan manager kami— Halilintar.
Siapa pula yang berani beradu mulut dengan Halilintar itu? Kalau mental kalian se-lunak permen yupi, aku tak sarankan kalian untuk bekerja disini.
Menghadapi Halilintar itu butuh mental setebal baja dan sekuat Gatot Kaca.
Para biadab ini berharap mereka bisa bertahan untuk bekerja sama dengan kami?
Tenang saja, akan aku suguhkan Halilintat untuk mereka tangani.
Aku tak yakin mereka akan keluar hidup-hidup.
Keparat. Karena mikirin Halilintar, hidupku jadi makin suram.
Disaat sibuk begini, yang aku butuhin itu yang manis-manis buat kesehatan mental ku. Aku ga mau di diagnosa depresi karena tekanan kerja.
Mungkin segelas susu sapi segar akan membantu meredakan kadar stress-ku.
Atau mungkin yang lebih baik daripada apapun yang ada di dunia ini— pacarku. Pacarku itu lebih manis daripada gula maupun madu. Kata siapa? Ya kata gue.
Suara decitan sepatu menusuk indra pendengaranku.
Satu-satunya orang yang kuberikan akses untuk bisa keluar-masuk rumah ku sesuka hati itu hanya ada satu.
"(Nama), (Nama)!" Duri memanggil namaku sembari mengitari meja kerjaku.
Aduh, sayangku. Baru juga diomongin, kamu udah nongol aja.
Kamu emang yang paling mengerti aku.
Aku emang lagi butuh kasih sayang nya Duri sekarang, aku pengen dipeluk-peluk.
Pria lucu itu kemudian memeluk tubuh ku dari belakang dengan erat, dia meletakkan wajahnya di bahuku sambil mencari perhatian padaku.
Aku sayang banget sama Duri, deh.
"Iyaa, Duri. Kenapa?"
Duri ini lucu, mirip bayi. Pipinya gembul, enak buat dicubit. Rambutnya juga wangi shampoo bayi. Aku curiga Duri ini jelmaan bayi.
Tapi aku gak rela. Aku gak mau dikatain pedofil karena memacari anak dibawah umur.
"Enggak kenapa-kenapa, hehe. Duri kangen sama (Nama)," Ucapnya dengan sedikit tawa.
Duri, asal kamu tau, sayangku, aku bisa aja melaporkan tindakanmu ini ke polisi. Soalnya kamu berpotensi membuatku terkena serangan jantung karena kelucuan mu itu.
Pelukannya terasa hangat, melebihi rasa cinta ku kepada uang.
"(Nama) Masih sibuk, ya? Duri ganggu?" Duri bertanya sembari mengendurkan pelukannya.
Apa-apaan?
Kalaupun aku hanya diberi waktu 10 menit tersisa dalam hidupku, aku bakalan habiskan sisa waktu ku itu untuk peluk-peluk kamu, sayangku.
"Gapapa, Duri. Kamu disini aja, enggak ganggu 'kok."
Mendengar jawabanku, Duri semakin mengeratkan pelukannya. Dia lega karena tindakannya itu sama sekali tak mengganggu ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boboiboy Oneshots | Boboiboy x Reader
RomanceCerita Oneshot Boboiboy × Reader | Cerita ini merupakan khayalan semata, tanpa ada unsur kesengajaan tertentu. Cerita ini hanya dibuat untuk kesenangan pribadi, tanpa ada maksud menyindir ataupun menyinggung siapapun. Bijaklah dalam membaca.