Secret Millionaire - Sopan

979 114 19
                                    

"Liat deh, (Nama). Kemarin, aku sama pacarku nyobain aquarium date! Lucu banget, kan??" Ying mengaktifkan ponsel gepeng miliknya dan menampakkan sebuah foto yang memperlihatkan sesosok pria yang menatap kekasihnya yang menyaksikan pesona laut yang terlapis kaca bening.

Aku menatap kagum. Tiket untuk ke aquarium itu mahal. Aku sudah pernah research, dan aku sama sekali tidak bisa membuang uangku hanya untuk itu. Bisa-bisa aku tidak bisa makan selama sebulan.

Lagian, Ying dan pacarnya ini orang kaya. Tak perlu dipertanyakan lagi darimana duitnya.

"Iyaa. Lucu banget." Aku menghela nafasku. Aku benar-benar iri.

Aku bukannya tidak punya pacar, hanya saja, Sopan pastinya tidak mau kalau aku ajakin kencan yang menghabiskan uang.

Apalagi, uang untuk mencukupi kebutuhan hidupku saja sudah pas-pasan. Aku beruntung biaya kuliahku dibayarin sama Om Kai. Padahal Om Kai ini kerjanya cuma nyuci mobil, aku heran kenapa bisa nyampe bayarin aku kuliah.

Aku juga sambil cari-cari uang sendiri kok, aku tidak manja. Aku membuka bimbel privat untuk kalangan kelas atas. Hanya saja, ya... Uangnya mana cukup kalau untuk foya-foya.

-

Aku menenggelamkan wajahku pada lipatan tanganku. Aku sama sekali gak mood buat belajar. Gara-gara Ying, sih. Aku kan jadi pengen aquarium date juga.

Kalau sama Sopan, mentoknya aku diajakin study date doang. Misalnya seperti sekarang ini. Tapi suasana hatiku lagi buruk begini, aku mana bisa fokus belajar.

Sopan ini memang tipe idealku, aku sama sekali tak mempermasalahkan Sopan. Hanya saja... Aku juga ingin melakukan hal-hal yang biasa dilakukan pasangan-pasangan lain.

Sopan ini hidupnya pas-pasan, mirip-mirip lah denganku. Ibunya Sopan sudah tiada, sedangkan Ayahnya hilang entah kemana. Berakhirlah Sopan hidup Mandiri dibawah asuhan kakeknya. Sopan bisa berkuliah karena beasiswa yang menunjang seluruh kebutuhan hidupnya, karena nilainya yang konsisten naik.

"(Nama)? Kamu kenapa?" Tangannya yang berukuran lebih besar dari tanganku itu mengelus pucuk kepalaku dengan lembut.

Sopan memang selalu perhatian. Bahkan disaat begini juga Sopan langsung tau, kalau aku lagi bete.

"... Aku... Gapapa." Aku menghela nafas dengan pasrah.

Mana bisa kubilang aku kesel karena Sopan gak pernah mau aku ngajakin ngedate keluar. Buang-buang uang katanya.

Sopan memang gak salah, tapi aku kan... Juga mau.

Aku mau foto-foto di tempat wisata yang lagi viral. Aku juga mau makan di resto fine dining yang menambah kesan romantis. Aku juga mau mall date bareng Sopan, nyobain permainan arcade sambil berlomba sama Sopan. Aku juga mau bisa beli ini-itu untuk Sopan tanpa harus pusing mikirin budget yang sesuai dengan dompet. Aku juga mau foto di studio ala-ala couple bareng Sopan. Aku juga mau punya hal yang bisa aku pamerin, kalau aku dan Sopan juga bisa seperti mereka.

Tapi aku... Aku hanyalah seorang gadis biasa dari keluarga yang tak berada. Uang penghasilanku semuanya kuberikan untuk menafkahi keluargaku yang ada di kampung. Aku bahkan rela menunda studiku selama setahun agar bisa menutupi kebutuhan keluargaku sebagai prioritas utamaku.

Aku sudah lelah harus selalu hidup cukup-cukupan. Bangun tidur-pergi ngampus-ngajar bimbel-kerja serabutan-pulang rumah sampe larut-tidur.

Rutinitas hidupku selalu sama setiap harinya. Tak ada waktu untuk bersenang-senang, untuk bermanja-manja dengan pacarku, untuk berleha-leha sejenak.

Sopan menatapku dalam keheningan dalam 3 detik yang solid, kemudian menghembuskan nafasnya dengan gusar.
"Jangan bohong. Kamu tau aku benci pembohong."

Boboiboy Oneshots | Boboiboy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang