Soldier Poet King - Sopan+Gentar

1.9K 173 2
                                    


Teriakan dari para orang mati terus menusuk indera pendengaranku. Seolah-olah mengancamku dengan teror yang tak nyata itu. Dasar orang mati, memangnya mereka bisa apa? Tak ada yang bisa mereka lakukan.

Aku menyenderkan punggungku pada singgasana raja. Kerajaan ini sudah menjadi milikku. Aku berhasil menaklukkannya pada genggaman tanganku.

Aku sengaja memamerkan mahkota emas bertahtakan berlian, mengenakannya sepanjang hari tiap kali rakyat melakukan demonstrasi. Mereka menentangku yang merebut takhta dari mendiang raja sebelumnya.

Aku menatap kosong pada gelas berisikan anggur yang ada di tanganku. Semenjak menjabat sebagai raja, hidupku menjadi membosankan. Makanya itu, aku menjadikan proses eksekusi mati para rakyat yang menentangku sebagai tontonan hiburanku.

"DASAR IBLIS KEJAM! RAJA TAK PERNAH SEKALIPUN MENYIKSA RAKYATNYA!!" Si pak tua bau tanah itu berteriak, sebelum akhirnya kepalanya terpisah dari tubuhnya.

"Anda tak perlu repot-repot memikirkan perkataan orang mati, Ratu." Penyair yang berdiri tegap di sampingku berucap.

"Kekuasaan tertinggi berada pada genggaman anda. Tak seorangpun berhak untuk memberikan bantahan." Ucapnya sembari menampilkan senyuman yang tak dapat ku artikan.

"Aku tak peduli." Tak pernah sekalipun aku terpengaruh oleh perkataan orang lain.

"Hamba akan senantiasa mendukung anda, dengan sepenuh jiwa dan raga hamba." Sopan membungkukkan tubuhnya.

Sopan, ialah seorang pangeran tertua dari raja kerajaan Rintis. Dia dididik sebagai penerus raja, dikenalkan kepada khalayak masyarakat untuk mengambil hati mereka.

Sopan dikenal sebagai pangeran murah hati yang amat memperdulikan rakyatnya. Mereka percaya, bahwasanya mereka pasti akan aman pada saat Sopan mengambil alih takhta kerajaan.

Tapi kemudian, (Nama), anak dari seorang pedagang yang berkunjung ke kerajaan Rintis, berhasil memikat hati sang pangeran. Sopan jatuh cinta pada eloknya figur gadis itu. Tatapannya yang tajam, seolah akan menerkam apapun yang menghalangi jalannya.

Sopan dibutakan oleh cinta. Dia dengan berlapang dada membantu (Nama) untuk menaklukkan kerajaannya sendiri. Mengangkat (Nama) sebagai ratunya.

"Jikalau Ratu memerintahkan hamba untuk menyerahkan jantung hamba, maka dengan senang hati akan hamba persembahkan untuk dirimu seorang, Ratu."

Aku melangkahkan kakiku pada lantai kerajaan. Aku mengangkat sebilah pedang dan mendaratkannya pada pundak kesatria kananku, Gentar.

"Saya— Gentar, bersumpah untuk selalu tunduk pada Ratu, dan melindungi anda dengan segenap jiwa dan raga saya." Gentar bersumpah.

Gentar kemudian bangkit, dan mengambil tanganku. Dia mendaratkan ciuman singkat pada telapak tanganku.

"Saya bersumpah akan memberantas siapa saja yang berani menentang anda, Ratu (Nama)."

Gentar hanyalah seorang budak. Dia merupakan anak haram raja, yang merupakan hasil dari perzinaan raja dengan salah satu pelayan kerajaan. Dia tak mendapat sedikitpun perlakuan yang sama yang Sopan terima. Dia diperlakukan dengan begitu buruk, sampai-sampai hidupnya bahkan lebih mengerikan daripada kematian.

Hidupnya berubah, tatkala dia menjumpai (Nama). Seorang gadis pedagang yang tak tunduk pada siapapun. (Nama) tak beritikad baik, di pertemuan pertamanya, dia hanya memberikan Gentar makanan sisa dari hasil penjualannya.

Tapi itu merupakan hal yang begitu berharga bagi Gentar. Gentar menganggap (Nama) sebagai pahlawan hidupnya. Sebagai bulan yang menyinari kegelapan malamnya.

"Aku akan mempersembahkan lautan darah, jikalau kamu menginginkannya, Ratuku."

"Ratu." Sopan menghampiriku pada ruangan pribadiku. Dia memang lancang untuk menginjakkan kakinya disini. Tapi aku akan membiarkannya karena aku cukup menyukainya.

Sopan mendaratkan kecupan pada telapak tanganku.
"Apa anda akan terjun ke medan perang?"

Aku menatapnya malas. Jelas sekali Sopan ini akan menghentikanku untuk pergi.

"Ya. Membosankan bagiku untuk hanya menikmati hasil dari bawahanku." Aku mengambil alih tanganku. Mendudukkan diriku pada kasur empuk, yang kini merupakan bagian dari milikku.

Sopan memberikan tatapan tak rela dari sorot matanya. Aku tau, Sopan menyukaiku. Aku memang memanfaatkannya untuk merebut singgasana raja.

"Tak perlu anda repot-repot mengotori jemari anda, Ratu." Sopan mendekat padaku, dia mengambil helaian rambutku dan mengelusnya dengan penuh kasih.

"Saya setuju dengan perkataan Penyair, Ratu (Nama)." Gentar menerobos masuk ke dalam kamarku. Kakak beradik ini lancang sekali.

"Maafkan ketidaksopanan saya." Gentar berlutut di hadapanku. Sopan turut memperhatikan dari samping.

"Saya cukup percaya diri saya dapat membawakan kemenangan mutlak untuk anda. Anda tak perlu ikut ke medan perang dan merepotkan diri anda, Ratu (Nama)." Gentar mengangkat wajahnya, sorot matanya begitu percaya diri.

Sekarang kedua orang keras kepala ini bersatu untuk menghentikanku. Mereka benar-benar lancang. Aku akan mempertimbangkan untuk memberikan hukuman yang setimpal untuk mereka berdua.

"Ratu, ketahuilah bahwa kami mencintaimu." Sopan kembali berucap, dia berbisik tepat di telingaku.

Aku beralih menatapnya, dan memalingkan wajahku ke sembarang arah.

"Aku tahu." Aku tak berdusta. Gelagat mereka begitu jelas menunjukkan ketertarikan mereka padaku.

"Jangan buat kami bekerjasama untuk menghentikan kepergianmu ke medan perang, Ratuku." Gentar mendekat.

Aku memutar bola mataku malas. Aku tak punya cukup tenaga untuk berargumen dengan pangeran-pangeran ini.

"Ya. Baiklah."

"Terimakasih. Hamba begitu mencintai anda, apa anda tak ingin mempertimbangkan hamba menjadi kekasih anda? Hamba akan merawat anda dengan sepenuh hati, Ratu." Sopan mengecup helaian rambutku.

"Aku juga. Aku akan memperlakukanmu sebaik-baiknya daripada berlian, Ratu (Nama). Aku mohon, jadikan aku milikmu." Gentar memojokkan aku, dia kini kembali berlutut di hadapanku dan menggenggam kedua tanganku.

Gila saja. Aku berniat memberikan mereka hukuman, tau. Bukannya memberikan mereka hal yang mereka inginkan.

Mff yh, chapter kali ini pendek bgt 😞

Boboiboy Oneshots | Boboiboy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang