Third Tier (2) - Taufan/Beliung

2.5K 217 39
                                    

Selepas kericuhan yang terjadi di markas Tapops, kini aku malah dijadikan sandera. Sial. Sialan memang.

Sai dan Shielda tak sadarkan diri hanya dengan sekali serangan yang dilakukan Taufan— Beliung. Nutt ternyata diterbangkan kedalam kapal angkasa begitu mendarat. Menyisakan aku seorang diri untuk menghadapi pahlawan nomor 1 dari bumi ini. Yang benar saja? Mustahil!

"(Nama). Ah, (Nama)." Beliung mengeluarkan tawa, tangannya terus mengelus permukaan wajahku. Gila saja. Aku benar-benar beruntung masih bernyawa. Aku sudah terjebak begini selama 30 menit lamanya.

Sepertinya personil Tapops memang menginginkan aku mati. Andai saja Beliung tadi langsung memporak-porandakan markas, dapat dipastikan aku-lah orang pertama yang akan tewas di tangannya.

Sepertinya keberuntungan masih memihakku, ya? Atau tidak.

Pergerakan kedua tanganku terkunci oleh Beliung. Tangannya yang satunya dia pakai untuk menahan kedua pergelangan tanganku, selagi dia mengamati struktur wajahku dalam jarak yang terbilang terlalu dekat.

Aku sendiri tidak mau mengambil resiko dengan berteriak meminta pertolongan. Untunglah, setidaknya alien mop-mop sudah mengungsi ke tempat yang aman, tapi setidaknya tolong pedulikan aku juga.

"Beliung." Aku memanggilnya dengan segenap jiwa dan ragaku. Aku mempertaruhkan segalanya disini.

"Hm? Iya, sayang?" Beliung sedikit mempererat genggamannya pada pergelangan tanganku. Senyumnya semakin melebar yang membuat matanya menyipit saat dia menatapku.

"Aku... Aku mau ke toilet." Aku dapat merasakan kedua pipiku memerah karena alasan yang pasaran dan mustahil dipercayai itu. Habis bagaimana lagi? Aku tak bisa apa-apa.

Beliung menatapku datar, senyuman pudar dari wajah tampannya sembari dia merenungkan perkataanku.

Mampus. Mati aku.

"Oke. Ayo." Beliung kembali tersenyum ke arahku. Tangannya diletakkan pada bagian belakang lututku, hingga akhirnya Beliung mengangkatku dengan hanya menggunakan satu lengannya.

Syal panjangnya merosot dari jenjang lehernya, menuju ke pergelangan tanganku dan membentuk ikatan simpul. Tak membiarkan tanganku lepas.

Sialaan. Bukan begini maksudku.

Beliung ini masih memiliki kecerdikannya Taufan. Dia mempergunakan sidik jariku untuk membuka gerbang pintu keamanan yang menutup, karena serangan dahsyatnya. Kini dia tengah berjalan santai di sepanjang koridor dengan aku di gendongannya.

Di sepanjang koridor sama sekali tak terlihat alien mop-mop yang bertugas, sepertinya sinyal darurat yang dikirimkan Nutt sudah tersampaikan pada mereka semua. Tapi masalahnya hanya 1, KEMANA BALA BANTUANNYA?!!

Sial. Aku emosi sekali. Mereka benar-benar menumbalkan aku, begitu? Lihat saja. Aku akan resign setelah aku lolos dari genggamannya Beliung.

"Nah, sudah sampai." Beliung berucap begitu kami berada tepat di depan toilet.

Tapi bukannya menurunkan aku dari gendongannya, Beliung malah melangkah masuk kedalamnya.

"L-Loh, ini toilet untuk wanita. Kamu ngapain masuk?" Aku mencegatnya. Beliung lupa gender?

"Hm?" Beliung mengangkat wajahnya dan menatapku dengan senyuman yang sama. Yang membuatku merinding menatapnya.

"Gapapa. Lagian ga ada siapa-siapa, (Nama). Hanya ada kita, berdua." Beliung kembali mengeluarkan tawanya. Menambah kengerian yang aku rasakan.

Beliung melangkah masuk, menurunkan aku dan berdiri tepat di pintu toilet yang aku gunakan. Aku dapat merasakan tatapannya yang menusuk walaupun terhalang oleh pintu. Aku tak mempertimbangkan bahwasanya Beliung akan mengikuti aku sampai masuk ke dalam toilet.

Boboiboy Oneshots | Boboiboy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang