Beberapa orang akan datang didalam hidup kita, dan pergi dengan cepat. Tapi untuk sekarang sudah datang dan singgah, tingglah lebih lama, jangan melangkah pergi terlebih dahulu.
.
.
."Semalem kemana si? Ditunggu tunggu juga, ngga dateng, Lo udah mulai ngasih gue harapan palsu ya yan?" sembur ali, belum sempat duduk ke bangkunya bian sudah mendapatkan semburan dari teman sebelahnya.
"Assalamualaikum, Ali." Bian tersenyum dan duduk terlebih dahulu.
"Waalaikumsalam, jawab cepet kenapa semalem ga dateng? gue udah nungguin, untung aja panji bisa dihubungin, jadi panji tuh yang dateng semalem, sama radit." ujarnya panjang lebar, ali sedikit kesal, ia sudah menunggu bian cukup lama di pinggir jalan, namun yang ditunggu malah tak kunjung bangkit.
"Maaf ya li, hehehe." Bian hanya cengengesan sambil mengelus tengkuk lehernya.
"Ditanya apa, dijawab apa, gue tuh butuh alasan bukan ucapan maaf!" Bian tak tau hendak menjawab apa, namun saat bibirnya mulai terbuka, ke dua temannya datang. Bian bernafas lega saat dua manusia itu mulai duduk di depan bangkunya.
"Ngomongin apa nih? Keknya seru banget." Panji ikut masuk ke dalam obrolan ini.
"Seru pala bapak kau!" ketus ali, ali memang memiliki kesabaran yang begitu tipis, senggol sedikit bisa kena semprot oleh kata kata ketusnya.
"Masih pagi li, udah marah marah aja? Kenapa? abis rebutan sayur sama ibu ibu?" Ini si Radit, si asal ceplas-ceplos kalo ngomong.
Ali menghembuskan nafasnya dengan panjang. "Iya udah deh kalo ga mau jawab gapapa, ga maksa."
"Iya, oke li," jawab enteng bian.
"Kok oke doang si? Ga mau lo bujuk gitu, kek iya iya gue kasih tau gitu." Ali malah kembali menggerutu.
"Gue tadi malem kena diare, tiba tiba banget, bolak balik berkali-kali ke WC tau ga, dan pas mau ngabarin lo hp gue mati, ending." Akhirnya bian menjelaskan, itu hanya alibinya, tidak mungkin ia bilang habis masuk rumah sakit, yang ada nantinya teman temannya hanya akan khawatir, ia nantinya hanya akan merepotkan orang orang.
"Oh tinggal ngomong aja susah amat si, diare gitu." Ali akhirnya meangguk angguk.
Disaat sudah tidak ada pembicaraan panji mulai membuka obrolan. "nanti pulang sekolah nongkrong-nongkrong, di cafe abang gue ya?"
"Gratis ji?"
"Gratis, air putih." Lama lama panji bisa kesal dengan radit yang dimana mana suka yang gratisan. Padahal dari segi material radit anak yang cukup mempunyai banyak harta, tapi bocah ini doyan sekali sesuatu yang berbau bau gratis.
"ya elah, itu si dirumah gue juga ada."
"Lagian bocah, doyan banget gratisan, itu uang lo gunain dikit, jangan mendekam terus didompet buruk Lo itu." cerca ali, ya ali dan panji sangat hobi menyindir dan mengejek anak orang kaya yang suka memiskinkan diri.
"Sekate Kate kalo ngomong, ini dompet tuh kesayangan gue, pas lagi diskon lagi murah murahnya, jadi nunggu ini dompet diskon bener bener butuh kesabaran, dan lo malah bilang ini dompet buruk." Radit menggeleng gelengkan kepalanya tidak percaya, mengingat betapa kerasnya ia menunggu dompet yang tak kunjung membuka harga diskon.
KAMU SEDANG MEMBACA
seribu topeng berbalut luka
Teen FictionRumit, bagian bagian yang saling terikat namun begitu membingungkan. Bian adalah manusia rumit yang tak mengerti akan hidupnya sendiri. Kurang terbuka, enggan menceritakan konflik yang ia alami, yang ia rasakan dan selalu menutup diri. Nyatanya mala...