bab 9 [drop]

383 38 2
                                    

Nyata memendam sendiri hanya akan menghancurkan diri mu sendiri
.
.
.
.
.
.

Detik waktu terus berputar melewati angka angka yang terus berlalu. Pandangan yang tertutup kian terbuka, membiarkan cahaya mulai memasuki ke celah-celah indra penglihatannya, hingga suara lenguhan muncul dari bibirnya.

"Mas bian....., bibi panggil dokter dulu ya sebentar," ujar bibi nan lirih, dengan raut wajah yang begitu lega, aktifitas nya yang sedang memotong buah itu terhenti saat mendengar legukan dari ranjang bian.

"Ga usah bi, aku udah gapapa kok, boleh minta minum bi?" lirihnyaa, ia masih mengumpulkan semua kesadarannya.

Bibi nan dengan sigap membantu bian duduk, juga memberikan minum, raut wajah bian sudah cukup lebih baik, ia tak sepucat tadi.

"Gimana kata dokter bi?" tanya bian. Ia benar benar merasakan bahwa tubuhnya terasa tak beres, sakit yang tiba tiba datang, dan memar yang tiba tiba ada pada bagian tubuhnya tanpa sebab.

"Kata dokter mas cuma kecapean, tapi nanti coba ya konsultasi sama dokter kalo mas bian punya keluhan lebih, buat cek kesehatan mas bian." Bian menggaguk lirih, pandanganya menelisik sekitar.

"Papah mana bi?"

"Pak hendra harus pergi mas, ketemu sama rekan bisnisnya, mungkin acara kumpul kumpul sama koleganya, mas bian mau makan? Mas belum makan kan ya? Bibi suapin ya." Seakan sudah hafal, bibi nan mulai menyiapkan makanan untuk bian.

Bian hanya diam sejenak, padahal ia berada dirumah sakit saat ini, tapi kenapa papanya memilih berkumpul dengan kolega bisnisnya? Mamanya pun hanya diam dirumah. Ia lengkap namun tak utuh. "Papa nanti bakal ke sini kan ya bi?"

"Kalo itu bibi kurang tau mas, mas bian tenang aja, mas ga bakal sendirian, bibi sara nanti kesini mas, nemenin mas juga." Kursi mulai tergeser mendekat, bibi nan duduk, dengan tangan yang sibuk mengaduk makanan untuk bian. "Sini mas, makan dulu ya, anak baik makanya harus banyak." Tutur kata lembut penuh kasih sayang itu membuat bian tersenyum simpul.

Pikirannya yang selalu berlarian kesana-kemari kini diharuskan fokus pada makanan yang sedang bibi nan sodorkan untuknya. Ditambah mendengar tutur kata yang mampu membuat hatinya tenang. "Abis makan, mas bian tidur ya? Bibi nan mau pulang sebentar, buat bantuin bibi sara, nanti bibi ke sini lagi sama bibi sara ya."

"Iya bi, maaf ya, bian ngerepotin terus." Bian tersenyum dengan lembut. "Makasih udah mau nemenin bian, bibi terbaik." Bian mengacungkan jempolnya pada bibi han, bibi han tersenyum lembut.

Benar setelah selesai makan bian sendiri diruang putih itu, berteman dengan sepi.

WhatsApp Group: [ bujangan warung ]

🟥 Radit
P
P
P
P
woy pepek

🟧 Panji
minimal tuh salam dulu
assalamualaikum
bian liat langsung dikasih ayat sama hadits dah Lo

🟩 Ali
waalaikumsalam
ada apa? ketikan radit udah ga punya adab itu

🟥 Radit
assalamualaikum, nongkrong kuy
ayoklah, gue dirumah sepi banget nihhh
@you, gue minta maaf ya, ayo nongkrong yan

seribu topeng berbalut lukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang