ALANORA. 8

157 56 1
                                    

♪Happy Reading♪

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

BAB. 8

Jam sudah menunjukkan pukul 21.35 WIB. Alano baru saja pulang dari rumah Jo, dirinya menyempatkan untuk berkumpul bersama teman-temannya sebentar. Alano celingak-celinguk mencari keberadaan Mariam, tetapi tidak ada tanda-tanda wanita itu di apartemennya.

"Udah balik kali, ya," gumamnya.

Alano melepas jaket kulit miliknya, lalu membuangnya ke sembarang arah. Cowok itu mendaratkan bokongnya pada sofa di ruang tamu. Dirinya mengingat ucapan temannya tadi.

"Al, kenapa lo ngelamun?" tanya Seno pada Alano yang duduk di dekatnya.

"Lo gaboleh sedih-sedih terus, Al. Emang lo gak kasihan sama Fellia di sana? Dan jangan nyalahin Loora terus, bagaimanapun dia juga korban kecelakaan malam itu, sama kayak Fellia," ucap Faisal yang ikut kesal kepada Alano yang seenak jidat menuduh Loora pembunuh.

"Hari di mana Fellia dimakamin, Loora gak berhenti nyalahin dirinya sendiri. Ini semua musibah dan nggak ada yang mau kena musibah. Lo gak seharusnya bilang Loora pembunuh," imbuh Jo.

"Loora, cewek itu udah kena bully anak-anak di sekolah. Sekarang malah lo tuduh pembunuh," sahut Seno yang memandang Alano.

Theo menghela nafasnya panjang, Alano itu paling tidak bisa dibilangi. "Gue harap lo nggak dendam sama Loora," ucapnya, lalu bangkit dari duduk dan keluar rumah.

Alano berjalan menuju kamar miliknya, mendekati tubuh Loora yang masih setia memejamkan matanya. Alano mengusap rambutnya kasar. "Fel, apa pilihan kamu benar?"

"Aku nggak bisa, Fel. Hati aku sakit setiap lihat Loora, dan bayang-bayang malam itu selalu datang," lirihnya, setelah itu ia menuju balkon kamarnya dan melamun cukup lama di sana.

Dering ponsel membuat Alano terkejut, ia bergegas mencari ponsel miliknya, tetapi tidak ada. Alano mengernyitkan keningnya ketika suara dering ponsel itu berasal dari dalam tas milik Loora.

Alano tampak berpikir sejenak, dirinya sangat penasaran siapa yang menghubungi Loora malam-malam seperti ini. Alano menatap Loora yang masih tertidur itu, tangannya beralih pada tas hitam milik gadis itu dan membukanya.

Nama Theo tertera pada layar. "Sebenarnya mereka ada hubungan apa?" ucapnya lirih.

"Eunghh."

Alano menoleh pada suara yang berasal dari bibir Loora, sepertinya gadis itu akan sadar. Dengan cepat Alano mengembalikan ponsel itu dan memasukkannya ke dalam tas.

"Alano," panggil Loora membuat Alano menoleh dan mendapati Loora yang sudah sadar dan sedang menatapnya.

Alano berjalan mendekati ranjang dengan kedua tangan masuk pada saku celananya. Alano menatap tajam Loora hingga membuat gadis itu menunduk takut.

ALANORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang