[DILARANG PLAGIAT]
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA]
⚠️Mengandung kekerasan dan 18+ harap bijak dalam memilih cerita/bacaan
Loora, gadis cantik dan mungil. Dia adalah salah satu penghuni panti asuhan cahaya. Dia dikenal karena seorang murid yang bisa bersek...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(BIASAKAN FOLLOW DAN VOTE YUK SEBELUM MEMBACA)
Happy Reading🎊🎊
BAB. 9
Saat ini Loora sedang membersihkan kamar Alano. Gadis itu masih memakai seragamnya yang basah tadi karena tidak ada baju ganti.
Tak sengaja Loora melihat sebuah frame foto Fellia bersama Alano. Di sana tampak Alano yang tersenyum lebar menatap kearah Fellia dan Fellia memeluk tubuh Alano.
Loora mengambil frame itu dan memegangnya erat, dirinya juga tersenyum getir menatap foto Alano dan Fellia di dalamnya.
"Kalian bahagia banget ya. Lo juga Al, di sini lo senyumnya lebar banget beda kalo sama gue. Lo marah-marah mulu."
"Andai malam itu gue gak kambuh Fel mungkin lo masih di sini dan bahagia sama Alano. Beribu maaf dari gue gak akan merubah kebencian Alano ke gue."
"Anak-anak di sekolah pada bilang gue pembunuh bahkan Alano pun sama. Suara mereka jelas banget di telinga gue. Setiap mau tidur suara mereka berputar-putar di kepala gue Fel."
Loora mengusap foto Fellia dengan tangan yang bergetar. "Rasa bersalah gue semakin besar di saat lo bilang, gue harus jaga Alano."
"Gue gatau harus apa. Gue bingung gimana caranya gue jaga Alano sedangkan dia aja suka nyiksa gue."
"Fel gue berhutang nyawa sama lo gimana cara gue balesnya?"
"Gue harap lo tenang di sana-"
Ceklek
Alano membuka pintu lalu mendapati Loora yang berdiri di dekat meja belajarnya dan memegang erat sebuah frame foto miliknya.
"Lancang banget lo!" Alano merampas frame foto tersebut lalu menaruhnya kembali di meja.
Loora hanya bisa menunduk takut dengan aura yang dipancarkan Alano. Dirinya harus pergi sebelum terkena amukan Alano.
"Gue bikinin minum dulu."
Tubuh Loora menegang ketika Alano menarik tangannya hingga dirinya mundur dan tubuhnya membentur meja belajar di belakangnya.
Alano menatap wajah Loora yang begitu pucat, "Lo jangan pegang-pegang lagi frame Fellia ngerti!"
Loora mengangguk, "Ngerti Al." dirinya menelan salivanya dengan susah payah.
