ALANORA. 13

106 36 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.


Happy Reading

BAB. 13


Sore ini Loora bersama Gravi menghabiskan waktu mereka dengan berjalan-jalan di tepi pantai. Niatnya siang tadi Gravi hanya mengantar Loora pulang, tetapi berujung mengajak Loora jalan-jalan saja mumpung libur kerja.

"Jadi adik-adik panti lo banyak yang diadopsi sekarang?" tanya Gravi pada Loora yang sedang menghabiskan bakso dan es kelapa

Loora mengangguk lalu menoleh pada Gravi yang duduk bersila di sampingnya. "Gue seneng kalo mereka diadopsi, secara mereka punya orang tua baru yang bakal sayang sama mereka, tapi satu sisi gue nggak rela karena mereka udah gue anggap keluarga gue sendiri. Dari mereka kecil kita sama-sama jadi nggak ada mereka kayak sepi aja di panti, apalagi sekarang udah pindah ke kontrakan kecil biasa."

Gravi mengelus rambut halus Loora yang tergerak indah karena angin berhembus kencang di bibir pantai kala itu.

"Lo semangat, ya, gue nggak tahu kenapa bos mecat lo tanpa alasan." Loora mengangguk mendengar ucapan Gravi yang menyemangatinya.

"Lo masih kerja di kafe, Vi?" tanya Loora penasaran secara cowok itu hanya gabut saja bekerja di sana.

Gravi tersenyum hingga deretan gigi putihnya terlihat, "Udah enggak. Ketahuan bokap nyokap kalo gue kerja jadi disuruh berhenti."
"Lagian lo ada ada aja gabutnya kerja." Loora menampilkan senyum manisnya membuat Gravi terpaku menatapnya. Jantungnya berdetak lebih kencang, ya seperti biasa jika dirinya bersama Loora jantungnya akan bekerja lebih maksimal.

"Ekhem, mau ketemu Cici sama Pitaloka gak? Mumpung masih sore," tawar Gravi.

Loora berpikir sejenak lalu menganggukkan kepala, "Ayok."

Di rumah Alano, masih sangat ramai karena kehadiran sahabat-sahabatnya. Apalagi sekarang sang mama sedang menyiapkan makan untuk malam nanti.

Dan kalian harus tahu, Rifqi dan Seno sedang mengkacaukan dapur Nuri. Alibinya sih ingin membantu menyiapkan makan malam.

Rifqi sedang bertugas memotong ayam untuk dibuat ayam kecap kesukaannya. Nuri, wanita itu sedang membuat bumbu halus untuk sayur capcay.

"Aduh telur Mama gosong Seno," ucap Nuri panik karena telur dadar yang sedang digoreng digosongkan oleh Seno.

Sang pelaku hanya tersenyum senang, membuat Nuri kesal adalah salah satu cita-citanya. "Aduh Mama kayak orang miskin aja. Telur gosong doang ini, Ma."

Nuri Anggunia Darawijaya sedang menarik napasnya dalam-dalam supaya tidak menceburkan Seno ke rawa-rawa.

"Seno sayang," panggil Nuri dengan lembut membuat Seno meneguk ludahnya kasar. Karena apa, karena jika Nuri sudah memanggilnya dengan embel-embel sayang pasti tamatlah riwayatnya.

ALANORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang