ALANORA. 22

56 6 5
                                    

Typo bertebaran harap maklumUntuk di bawah umur 18+ harap bijak ya kalian dalam memilih cerita yang akan kalian baca!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo bertebaran harap maklum
Untuk di bawah umur 18+ harap bijak ya kalian dalam memilih cerita yang akan kalian baca!!

Follow
⬇️⬇️

Tiktok : nndaardl
Ig : nndaardl/ enzagros_gang
Wattpad : nndaardl

Happy Reading🎊🎊

BAB. 22

Ribuan bintang menggantung dengan indah di atas sana. Bulan memaparkan sinarnya  menemani sang malam. Langit yang begitu cerah semakin memanjakan mata. Membuat siapapun yang melihatnya akan bahagia dan membuat hati semakin nyaman memandangnya.

Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul 00.24 WIB. Sudah terlalu malam, namun jalanan Jakarta masih ramai pengendara. Asap yang berasal dari sate yang sedang dibakar membuat siapapun lapar ketika menciumnya. Banyak muda-mudi yang menghabiskan waktu malamnya untuk berkumpul bersama orang terkasih ditemani secangkir kopi yang masih panas.

Suara klakson bersautan menggema di seluruh kota. Seperti halnya Nendra yang sedang mengendarai mobil milik Faisal saat ini. Di sampingnya ada Theo dan di jok belakang ada Alano yang sedang memangku kepala Loora. Keadaan gadis itu masih sama, belum membuka matanya bahkan tangannya pun sangat dingin saat Alano memegangnya.

"Shit!" umpat Nendra.

Mobil Avanza hitam berkendara dengan ugal-ugalan membuat Nendra kesal. Cowok itu menengok spion dan dirasa tidak ada kendaraan di belakangnya, ia segera menghidupkan lampu sein kanan dan membawa mobil itu melaju melewati mobil Avanza hitam.

"Cepetan Ndra!" ucap Alano sedikit membentak.

"Ck!"

Hingga sepuluh menit kemudian mobil mereka sampai di rumah sakit. Theo turun lebih dahulu dan membuka pintu belakang. Membantu Alano untuk mengeluarkan Loora.

Alano masuk ke dalam dan memanggil seorang suster. Setelah menidurkan tubuh Loora di brankar Alano, Theo dan Nendra pun membantu mendorong brankar itu menuju Ugd. Begitupun Renan dan beberapa inti Elang yang mendorong brankar Tya.

"Loora, sadar! Kamu jangan ninggalin aku," ucap Theo yang terisak dan terus berlari mendorong brankar yang ditempati gadis malang itu.

"Lo tenang dulu, Yo!" ujar Nendra.

Alano menatap Loora yang menutup matanya dengan rapat. Seakan dejavu saat ia mendorong brankar Fellia dulu. Bibir gadis itu pucat dan tangannya semakin dingin. Itu sama persis dengan keadaan Fellia saat itu.

ALANORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang