ALANORA. 21

115 11 10
                                    

Kalian baca part ini jam berapa??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian baca part ini jam berapa??

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DAN SHARE YA KE TEMEN-TEMEN KALIAN...

Jangan lupa juga follow akuu

Tiktok : @nndaardl
Ig : nndaardl  / enzagros_gang
Dan wattpad aku juga

⚠️

Happy Reading🎊🎊

BAB. 21

Angin berhembus dari celah jendela dan ventelasi menerpa kulit putih mulus milik Loora. Ruangan yang gelap serta pengap menjadi tempat para penculik itu mengurung tubuh Loora dan Tya. Setelah hampir satu jam mereka disuntik bius, dua gadis itu masih setia memejamkan mata.

Namun tak lama kemudian, satu pasang mata mengerjap pelan dengan kerutan pada keningnya yang nampak jelas karena pusing melanda.

Gelap dan bau pengap itulah yang pertama kali Loora lihat dan rasakan ketika membuka matanya dengan sempurna. Hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari ventelasi udara di atas jendela.

Bibirnya meringis merasakan tengkuk lehernya yang kebas dan kepala yang pusing. Cukup lama hingga ia menyadari tangan dan kakinya diikat kuat menggunakan tali tambang.

"Sssttt ... perih banget," ringisnya pelan.

Loora menatap sekeliling ruangan ini, lantai kotor dan ada satu buah meja usang di pojok ruangan setelah itu kosong, tidak ada lagi barang. Pandangannya jatuh pada seorang gadis yang duduk tak jauh darinya dengan kaki dan tangan yang sama-sama diikat seperti dirinya.

Loora berusaha melepaskan ikatan pada tangannya sesekali meringis karena gesekan antara kulit tangannya dengan tali tambang itu.

Keringat mulai berjatuhan dari keningnya, dalam sekejap ruangan ini berubah menjadi panas dan tak ada lagi hembusan angin seperti tadi. Tangannya berusaha melepaskan tali itu meskipun sulit. Nafasnya terengah-engah karena kelelahan, menatap sekeliling lagi berharap ada benda yang dapat membantunya.

Dapat, setelah matanya menyusuri ruangan ini akhirnya Loora menemukan pecahan kaca yang cukup jauh dari tempatnya saat ini. Tak kehilangan akal, Loora dengan semangat menyeret tubuhnya sendiri menuju kaca itu berada.

Dirasa membutuhkan pasokan oksigen, Loora berhenti sejenak lalu beberapa kali meraup oksigen yang ada.

"Ya ampun capek banget, gila."

Loora menatap Tya yang masih memejamkan mata, "Bangun kek lo. Malah asik merem iih," gerutunya kesal melihat Tya yang masih menutup matanya karena obat bius itu.

Setelah istirahat sebentar, Loora kembali melanjutkan acara ngesotnya itu untuk mengambil pecahan kaca. Setelah sampai di depan pecahan kaca tersebut, Loora menatapnya dengan mata berbinar seperti menemukan harta karun saja.

ALANORA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang