EMPAT

917 112 16
                                    

Shani bergegas memasuki restorannya dan langsung menghampiri seorang gadis yang tengah asik berbincang dengan Sisca.

"Kak, aku sangat merindukan mu." Shani langsung memeluk erat gadis yang bertubuh lebih tinggi sedikit darinya itu.

Dia adalah Shania Juniananta atau lebih dikenal dengan panggilan Shanju. Kakak kedua Shani. Seorang artis terkenal. Shanju yang sedikit terkejut dengan pelukan adik bungsunya itu pun hanya tersenyum dan membelai punggung Shani yang masih betah berada dalam pelukannya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Shanju saat Shani melepas pelukannya.

"Aku baik, seperti yang kakak lihat." Jawab Shani.

Shanju tersenyum sambil membenarkan poni sang adik dengan mata berkaca-kaca. Dia tahu kalau Shani tidak dalam keadaan baik-baik saja meskipun adiknya itu mengatakan hal yang berbeda. Shanju merasa bersalah karena tidak memiliki banyak waktu untuk Shani.

"Kakak minta maaf, kakak tidak memiliki banyak waktu untukmu." Ujar Shanju sambil membelai pipi Shani dengan penuh kasih sayang.

"Haish! Kak," Shani menyeka air mata Shanju. "Kita jarang bertemu dan sekarang kakak malah menangis di hadapanku. Apa kakak ingin membuatku menangis juga?" Tanya Shani dengan suaranya yang dibuat seperti anak kecil.

Dengan cepat Shanju menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Apa kau menyusahkan Sisca?" Tanyanya lalu melirik Sisca sekilas.

"Tidak, kak. Shani tidak menyusahkanku." Jawab Sisca dengan cepat.

Shani pun tersenyum penuh kemenangan pada Shanju karena merasa dibela oleh Sisca.

"Kau jangan terlalu memanjakan anak nakal ini, Sisca. Nanti dia akan semakin membuatmu repot kalau terus kau bela seperti ini." Ujar Shanju pada Sisca sambil mencubit pipi Shani dengan gemas.

Sisca hanya tertawa sementara Shani mengerucutkan bibirnya. Bersamaan dengan itu, ponsel Shani berdering. Shani mengambil dari dalam saku celananya. Sebuah nomor tidak dikenal yang menelponnya membuat keningnya berkerut. Dengan ragu, Shani menjawabnya.

"Halo,"

"Shani, kau ada di restoran?"

Suara Gracia membuat kening Shani semakin berkerut.

"Ya. Aku di restoran." Jawabnya.

"Ah, baiklah kalau begitu."

Sambungan telepon diputus oleh Gracia begitu saja. Tidak lama kemudian, Shani melihat Gracia memasuki restoran. Shani melambaikan tangannya tanpa senyum di wajahnya kepada Gracia. Gracia pun menghampiri Shani dan membungkukkan badan memberi salam kepada Sisca dan juga Shanju.

"Ini kakakku, Shania Juniananta." Shani memperkenalkan Shanju pada Gracia. "Kak Nju, ini Gracia, CEO di agency tempatku dulu." Shani memperkenalkan Gracia pada Shanju.

"Oh hai, Miss Gracia." Shanju memberi salam.

"Hai kak. Jangan panggil aku dengan sebutan Miss, panggil Gracia saja, kak." Pinta Gracia dengan sopan.

"Ah, oke Gracia." Jawab Shanju dengan senyumannya

"Aah, aku boleh bergabung?" Tanya Gracia.

"Tentu saja." Jawab Shanju.

Gracia pun duduk di bangku yang ada di hadapan Shani.

"Aku akan menyiapkan makan siang untuk kalian." Sisca berdiri dari duduknya.

"Tetaplah disini, Sisca. Kita makan siang bersama." Pinta Shani yang membuat Sisca akhirnya duduk kembali di tempatnya, disamping Gracia.

Sisca ingin menghindar dari Gracia karena dia mulai merasa terganggu dengan kehadiran Gracia. Dia merasa terintimidasi dengan kehadiran Gracia. Dan dia takut Gracia menyukai Shani. Bersaing dengan seorang Shania Gracia bukanlah hal yang sepele.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang