TUJUH BELAS

965 108 10
                                    

Gracia membuka matanya yang masih mengantuk karena dering ponselnya. Dia membiarkan ponselnya berdering karena pemandangannya saat ini jauh lebih menyenangkan. Dia terbangun dalam pelukan Shani. Dalam keadaan tidak ada sehelai benangpun di tubuhnya. Gracia sedikit mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah Shani yang benar-benar seperti anak kecil saat terlelap seperti itu.

"Ughh, bagaimana bisa wajahnya sepolos ini saat tidur?!" Gumam Gracia sambil membelai pipi Shani dengan lembut.

Gracia pun memaksa tubuhnya bangun untuk mengambil ponselnya yang ada di atas meja yang berada disampingnya, yang tidak berhenti berdering.

"Ya, Ben." Gracia menyapa Feni.

"Oh Ben, jangan sampai kau terlambat. Kita tidak bisa meminta Shani mengantar ke bandara. Kau mengerti, kan?!"

"Aku tahu, Ben."

Sambungan teleponnya langsung diputus sepihak oleh Gracia karena dia tidak ingin waktunya yang berharga dengan Shani terbuang walau hanya sedetik. Saat Gracia hendak membalikan badannya, sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Membuat Gracia tersenyum lebar dan menggigit bibirnya saat Shani menciumi bahunya. Gracia langsung membalikan badannya menghadap Shani. Shani pun mencium bibir Gracia dan melumatnya sebentar.

"Good morning." Bisik Shani di bibir Gracia.

"Morning." Balas Gracia lalu mengecup sekilas bibir tebal Shani.

Shani memandangi wajah Gracia dengan senyum penuh makna. Membuat Gracia tersenyum malu dan memberanikan dirinya menatap balik Shani.

"You are amazing." Puji Shani sambil membelai lengan Gracia, yang membuat Gracia semakin tersipu dan menyembunyikan wajahnya di bantal.

"Don't hiding your sexy face." Pinta Shani dengan suara beratnya.

Tangannya mencoba memegang dagu Gracia dan mengarahkan kepalanya agar menatapnya kembali. "You're really great, baby." Shani membelai hidung Gracia dengan ujung hidungnya.

"That was amazing night." Ujar Gracia yang tersenyum malu.

"Aku akan merindukan wajah ini, hidung yang sangat mancung ini, pipi ini, mata ini, alis ini," ucap Shani sambil menyentuh bagian-bagian yang dia sebutkan.

"Dan bibir ini." Shani membelai lembut bibir Gracia.

"Dan tentu saja, suara sexy mu ketika memanggil namaku seperti yang kau lakukan tadi malam. Dan gigitan mu juga." Bisik Shani dengan suara menggoda.

Gracia merasakan darahnya berdesir mendengar bisikan Shani di depan wajahnya. Hal itu membuat jantungnya berdetak kencang dan sontak Gracia menggigit bibir bawahnya menahan gairah yang tiba-tiba muncul.

"Jangan lakukan itu. Atau aku akan membuatmu tidak bisa berjalan." Ancam Shani yang matanya tidak lepas dari bibir Gracia.

"Hah?! Nafsumu itu benar-benar mengerikan!" Gracia mendorong pelan wajah Shani dengan telapak tangannya.

"Dan kau juga mampu melayani nafsuku, Mrs. Natio." Shani menggoda Gracia. "So, we're perfect couple." Shani mengecup bibir Gracia sekilas.

"Kau memanggil ku apa?" Tanya Gracia.

"Mrs. Natio."

Gracia tersenyum, tersipu malu, wajahnya bersemu merah.

"I love that." Ujarnya.

"Jadi, bisakah kita,"

"Tidak." Sela Gracia dengan cepat karena dia tahu apa kemauan Shani.

"Kau akan benar-benar membuatku tidak bisa berjalan. Kita tidak akan bisa berhenti nantinya." Lanjutnya lalu bangun dan mencoba duduk tapi kemudian dia meringis merasakan sakit di bagian intimnya.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang