LIMA

824 102 16
                                    

"It's you, Miss Shania Gracia! You remind me of Ratu Viny. My girlfriend!"

"Aku, ingin memperbaiki hubungan kita. Kau, bersedia bukan memulai kembali bersamaku?"

"Arrghh!!" Gracia menjambak rambutnya frustasi. Membuat Feni yang sedang sarapan bersamanya mengerutkan keningnya.

"Ben, bagaimana ini?" Tanyanya dengan wajah frustasi.

Sudah dua hari setelah kejadian itu, Gracia dan Shani tidak bertemu. Gracia tidak tahu harus bagaimana jika bertemu dengan Shani. Dia masih bingung kenapa dirinya mengingatkan Shani pada Viny. Bagaimana caranya dia bisa membantu Shani kalau dirinyalah yang membuat Shani susah melupakan rasa sakitnya.

"Aku harus menjawab yang mana? Tentang Shani atau wanita brengsek itu?" Tanya Feni dengan nada datar.

"Dua-duanya, Ben." Gracia merengek manja.

Feni menghentikan sarapannya sambil menghela nafasnya lalu menatap Gracia serius.

"Apa kau juga merengek seperti ini pada Shani? Atau kau memperlihatkan kemanjaanmu itu juga pada Shani?" Tanya Feni.

"Hah? Untuk apa aku seperti itu pada Shani. Tentu saja tidak. Aku bersikap biasa saja padanya." Jawab Gracia dengan tegas.

"Lalu kenapa dia bilang kau mengingatkannya pada Viny?" Tanya Feni dengan heran.

"Kalau aku tahu jawabannya, aku tidak akan bertanya padamu, Feni Fitriyanti." Jawab Gracia dengan kesal. "Mungkin saja dia memang tidak menyukaiku lalu mengatakan hal itu supaya aku menjauhinya." Lanjutnya.

"Ya sudah kalau begitu, kau jangan lagi mendekatinya. Itu sudah jelas, bukan? Shani tidak mau berteman denganmu."

"Tapi mau sampai kapan dia akan terus seperti itu, Ben? Aku hanya mencoba membantunya keluar dari keterpurukannya."

Feni menatap Gracia dengan tatapan penuh selidik. "Kenapa kau sangat peduli padanya, Ben? Ini bukan seperti kau yang selalu bersikap dingin dan tidak peduli terhadap orang asing." Tanya Feni dengan nada penuh kecurigaan.

Gracia membalas tatapan Feni dengan tajam. "Ada apa dengan nada bicaramu, Ben? Kau mencurigaiku?" Tanyanya.

"Kenapa kau harus merasa aku curigai?" Feni balik bertanya.

"Haish!! Kenapa kau menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan?!" Protes Gracia dengan kesal.

Feni tertawa melihat kekesalan Gracia. "Aku hanya heran kenapa kau yang biasanya tidak peduli dengan masalah orang lain, sekarang malah terlihat frustasi memikirkan masalah orang lain." Ujarnya.

"Because she deserve better, Ben. Dia tidak bersalah atas apa pun. Semua yang terjadi murni kecelakaan. Tapi dia hidup dalam penyesalan dan rasa bersalah. Dia masih muda. Masih banyak hal yang bisa dia lakukan daripada hanya meratapi keterpurukannya seperti saat ini. Dan aku yakin, bukan ini yang diinginkan Viny." Jawab Gracia.

"Wow!" Feni merasa tersentuh dengan ucapan Gracia. "Aku akan membantumu membuat Shani membuka hatinya untukmu." Ujar Feni dengan santai sambil melanjutkan sarapannya.

"Yanti!" Teriak Gracia dengan nada tidak terima.

"Yaa!! Kenapa berteriak?! Aku di depanmu! Dan jangan memanggilku dengan nama itu!" Balas Feni tak kalah keras.

"Kau bilang membantu Shani membuka hati untukku?! Apa maksudnya?!" Tanya Gracia masih dengan nada keras.

"Sudah jelas kau mulai tertarik pada Shani, Shania Gracia!" Jawab Feni yang juga masih dengan nada keras.

"Astaga Feni Fitriyanti!! Aku tidak tertarik dengan Shani!! Aku hanya ingin membantu!!" Bantah Gracia dengan sangat tegas lalu pergi meninggalkan Feni dengan kesal.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang