ENAM BELAS

1K 113 16
                                    

Gracia memasuki apartemen Shani sambil mengerutkan keningnya karena mencium bau masakan. Gracia melihat Shani sedang sibuk di dapur membelakanginya sambil menelpon. Gracia tidak tahu siapa yang di telpon Shani. Tapi sepertinya Shani sedang meminta bantuan memasak lewat telpon.

Perlahan Gracia mendekati Shani lalu dengan lembut dia melingkarkan tangannya di pinggang Shani dan menyandarkan kepalanya di punggung Shani. Hal itu membuat Shani terkejut, tapi kemudian dia mengelus tangan Gracia yang ada di perutnya saat merasakan Gracia dalam mode manja.

"Ma, Shani rasa, Shani sudah mengerti caranya. Shani juga sudah hampir selesai. Terima kasih Ma, karena sudah membantu Shani."

Shani pun memutus sambungan ponselnya lalu memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

"Kenapa kau tidak duduk saja menungguku selesai memasak?" Tanya Shani yang masih mengelus lengan Gracia.

Gracia sedikit berjinjit agar bisa meletakan dagunya di bahu Shani dan mengintip apa yang sedang dibuat oleh Shani. "Apa yang kau masak?" Tanyanya.

"Gudeg. Kau sangat menyukainya, benarkan?"

Gracia beralih posisi ke samping Shani melingkarkan tangannya ke leher Shani dengan manja. "Kau yang membuatnya?" Tanya Gracia yang melihat masakan Shani sudah hampir selesai.

"Kau pikir siapa lagi?" Shani balik bertanya sambil melanjutkan masaknya.

"Kau berusaha sangat keras, huh?" Gracia menggoda Shani.

"Tentu saja." Jawab Shani dengan nada bangga. "Ini pertama kalinya aku memasak. Dan juga dengan tangan yang sedang sakit." Lanjutnya dengan mimik wajah yang lucu.

Gracia tertawa kecil. "Dan dengan bantuan Ibumu, pasti." Tambah Gracia.

Shani terkekeh dengan ciri khasnya. "Tanpa bantuannya, sudah pasti aku akan membakar seluruh dapurku." Jawabnya.

Gracia tertawa dan memukul bahu Shani dengan pelan. "Aku penasaran dengan rasanya." Ujarnya. "Jadi, bisakah kau sedikit lebih cepat, Chef?" Gracia melepas rangkulannya dan berjalan menuju meja makan.

"Ini sudah hampir selesai, Tuan Puteri." Jawab Shani yang membuat Gracia tersipu malu.

Bahkan hanya dengan kata-kata 'receh' Shani saja bisa membuat pipi Gracia bersemu merah. She's so cheesy.

Tidak lama kemudian makanan yang Shani buat sudah jadi.

"Gudeg ala chef Shani Indira Natio hanya untuk Shania Gracia Natio." Shani meletakan makanannya di hadapan Gracia.

Wajah Gracia lagi-lagi bersemu merah mendengar Shani memanggilnya seperti itu. "You're so cheesy." Ujar Gracia.

"But that's make you blushing, right?" Shani menggoda Gracia.

Gracia hanya tersenyum malu, membuat Shani sangat gemas melihat wajah Gracia tersipu malu seperti itu.

"Ayo makan. Jangan sampai aku malah memakanmu karena wajahmu yang menggemaskan itu." Ancam Shani, masih dengan nada menggoda.

Gracia tertawa kecil sambil memukul lengan Shani pelan lalu mulai memakan masakan Shani. Shani menatap Gracia dengan mata berbinar berharap masakannya enak.

Gracia mengerutkan keningnya setelah memakan sedikit. Dia berniat mengerjai Shani. "Kau yakin sudah mengikuti petunjuk Ibumu dengan benar?" Tanya Gracia.

"Ya, tentu saja." Jawab Shani dengan yakin. "Kenapa? Tidak enak?" Tanyanya dengan wajah cemas.

"Kau bisa membuatnya lagi untukku? Aku rasa yang ini gagal,"

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang