Gracia berdiri di depan pintu apartemen Shani. Dia tampak ragu dan takut untuk membunyikan bel. Ketakutannya membuat dirinya berjalan bolak-balik sambil meremas kedua tangannya. Setelah kejadian semalam Shani pergi begitu saja meninggalkannya di pantai dengan kemarahan dan entahlah, Gracia tidak tahu.
Feni datang setelahnya dengan wajah panik. Dia berkata kalau Shani tengah mengamuk di ruangan VIP miliknya. Lalu kemudian, Feni bertanya pada Gracia apa yang sebenarnya mereka bicarakan sampai memancing kemarahan Shani. Gracia pun menceritakan tentang pertanyaannya pada Shani. Feni kemudian menceritakan tentang Shani yang memiliki PTSD setelah kecelakaan itu. Hal itu membuat Gracia merasa bersalah. Dan sekarang dia malah tidak memiliki keberanian untuk menemui Shani.
Gracia berhenti berjalan bolak-balik kemudian menatap pintu apartemen Shani sambil menarik nafasnya dalam-dalam. Dia harus berani bertanggung jawab atas kata-katanya semalam dan meminta maaf pada Shani. Dia bukanlah seorang pengecut. Gracia memejamkan matanya sejenak untuk mengumpulkan keberaniannya lalu setelah itu dengan yakin dia memencet bel apartemen Shani.
Tidak lama kemudian, pintu terbuka dan Beby yang sudah rapi muncul. Gracia pun membungkukan sedikit kepalanya memberi salam pada Beby. Di balas oleh Beby dengan cara yang sama.
"Gracia? Apa yang kau lakukan disini?" Tanya Beby dengan heran.
Belum sempat Gracia menjawab terdengar suara Sisca yang bertanya dari dalam siapa yang datang. Lalu sesaat kemudian dia sudah berdiri disamping Beby.
"Miss Gracia?" Sisca tidak kalah heran dengan Beby melihat kehadiran Gracia sepagi itu.
"Aku hanya ingin melihat keadaan Shani." Jawab Gracia.
Sisca dan Beby menghela nafas berat mendengar ucapan Gracia.
"Miss Gracia, ini bukan waktu yang tepat untuk bertemu dengan Shani." Ujar Sisca.
"Aku hanya ingin meminta maaf." Ujar Gracia dengan sedikit mendesak.
"Tapi,"
"Please, Aku benar-benar merasa bersalah pada Shani." Gracia memohon. Seumur hidupnya, dia tidak pernah memohon seperti ini. Tapi entah kenapa kali ini dia dengan mudahnya memohon pada dua orang yang baru dikenalnya.
"Baiklah." Beby menyetujuinya membuat Sisca menatapnya tajam.
"Sis, tenanglah. Dia tidak akan menyakiti Shani." Beby menenangkan Sisca.
Sisca pun akhirnya menuruti ucapan Beby dan menyuruh Gracia masuk kedalam.
"Sis, aku harus berangkat kerja. Apa kau baik-baik saja bersama dengan Shani dan Gracia?" Tanya Beby dengan sedikit menggoda Sisca karena dia tahu Sisca sepertinya cemburu dengan Gracia.
Gracia mengerutkan keningnya mendengar ucapan Beby. Emangnya apa yang akan terjadi jika mereka di tinggal hanya berdua? Tapi dia hanya bisa diam mendengar obrolan Beby dan Sisca yang tidak Gracia mengerti maksudnya.
"Apa maksudmu, Beby?! Sudahlah, sana kau pergi. Aku akan baik-baik saja." Jawab Sisca sambil menggelengkan kepalanya karena sadar Beby sedang meledeknya.
Beby tertawa kecil. "Baiklah." Jawabnya yang terus tersenyum menggoda Sisca, membuat gadis itu memukul lengan Beby agar dia berhenti menggodanya. Lagi-lagi Beby tertawa.
"Gre, aku harus pergi. See you." ucap Beby sambil memberikan senyum hangatnya pada Gracia.
Gracia juga membalas senyum Beby. Dia menyukai sikap sopan teman-teman Shani padanya.
"Silakan duduk, Miss Gracia. Aku," Belum sempat Sisca melanjutkan ucapannya, Shani keluar dari kamarnya dengan sempoyongan.
Sisca bergegas menghampiri Shani dan beruntung langsung memegang Shani saat gadis itu hampir terjatuh. Gracia berdiri mematung melihat keadaan Shani. Tapi kemudian dia tersadar saat melihat Shani muntah tidak jauh dari hadapannya. Sontak Gracia melangkahkan kakinya mundur agar tidak terkena muntahan Shani. Sungguh, dia tidak bisa melihat orang lain muntah karena itu akan membuat perutnya mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sure Thing
Fanfiction"Jika mencintaimu bisa membuat semua ketakutan ku beganti menjadi harapan, maka aku akan mencintaimu selama-lamanya" Shania Gracia "Mencintaimu adalah hal pertama yang akan selalu menjadi alasan utama aku tersenyum. TERSENYUM. Satu hal yang sangat s...