DUA PULUH SEMBILAN

727 89 27
                                    

BRAAKK

Kelvin menggebrak meja kerjanya dengan keras dan penuh emosi saat mendapat kabar dari supirnya bahwa ketiga adiknya diculik oleh Cindy Yuvia. Supir dari adiknya itu juga baru sadar dari pingsannya akibat pukulan dari Cindy Yuvia saat di pemakaman.

"Bagaimana bisa kalian membiarkan mereka pergi tanpa bodyguard satupun?!" Kelvin memarahi semua bodyguard yang ada di hadapannya.

"Nona Gracia dan Nona Shani pergi tanpa sepengetahuan kami, bos. Jadi.."

"Diam, kau! Sekarang kalian harus melacak kemana mereka membawa ketiga adikku!" Teriak Kelvin.

Tanpa banyak bicara, semua bodyguard itu keluar dari ruangan Kelvin. Bersamaan dengan itu Hary datang dengan wajah yang sangat panik.

"Aku tidak bisa melacak GPS mereka. Ponsel mereka tidak ada yang aktif. Haish! Aku bisa gila kalau seperti ini!" Hary benar-benar frustasi.

"Aku akan mencari tahu keberadaan Cindy Yuvia pada semua yang benar-benar mengenalnya." Ujar Kelvin.

"Aku akan mendatangi orang tua Viny. Aku yakin mereka tahu apa yang dilakukan oleh Cindy Yuvia. Lalu aku akan mendatangi keluarga Indah. Semoga mereka tahu dimana tempat rahasia Cindy Yuvia."

Hary segera bergegas keluar dari ruangan Kelvin.

.

.

.

Shani tersadar dari pingsannya yang entah sudah berapa lama. Kepalanya terasa pusing dan sakit. Shani tidak tahu dia ada dimana. Pandangannya sedikit kabur saat membuka matanya. Tangan dan kakinya terikat dibangku yang dia duduki. Sekelilingnya kosong dan gelap. Di hadapannya hanya ada sebuah bangku yang di atasnya terdapat sebuah pistol dan pisau. Dan hanya ada satu buah lampu yang menerangi ruangan yang sangat pengap itu, tepat di tengah-tengah dia duduk. Lampu kecil itu cukup mengganggu matanya.

BRAAK

Shani terkejut dengan suara pintu yang terbuka dengan keras. Gadis itu melihat kedatangan Cindy Yuvia bersama dengan Aninditha dan juga Indah.

"Dimana Gracia dan Gita?!" Tanya Shani pada mereka bertiga.

"Tenanglah.. Gracia sepertinya kelelahan setelah melayaniku." Jawab Anin dengan seringai jahatnya.

"Aku bersumpah aku akan membunuhmu kalau kau menyentuh istriku!" Teriak Shani yang mencoba berontak dari ikatan erat pada tangan dan kakinya.

Cindy Yuvia dan Aninditha tertawa keras melihat adegan yang menurut mereka lucu. Namun tidak untuk Indah. Dia tidak tega melihat Shani seperti itu. Indah pun keluar dari ruangan karena dia tidak ingin melihat Cindy Yuvia dan Anin menyiksa Shani. Wanita yang dia cintai.

Cindy Yuvia mengambil pistol dan pisau yang ada di atas bangku lalu duduk di bangku itu, berhadapan dengan Shani dengan jarak yang cukup dekat.

"Shani.. Kau tahu bukan, kalau nyawa dibalas dengan nyawa?" Tanya Cindy Yuvia sambil memainkan pistol dan pisau yang ada di tangannya.

"Aku sudah katakan bunuh saja aku sesukamu, tapi lepaskan istriku dan sahabatku. Mereka tidak... Aaarrgghhh!!!!" Shani menjerit kesakitan saat Cindy Yuvia menusukan pisaunya di paha kiri Shani, tepat di bagian bekas jahitan milik Shani. Teriak kesakitannya semakin keras saat Cindy Yuvia mencabutnya dengan kasar.

Suara teriakan itu terdengar sampai telinga Gracia dan Gita yang ada di ruangan sebelah. Bahkan Indah terduduk lemas menutup kedua telinganya saat dia mendengar suara kesakitan Shani.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang