DUA PULUH TUJUH

611 78 11
                                    

Shani menuruni tangga menuju ruang tamu, menghampiri para orang tua yang sedang berbincang. Suasana berkabung masih sangat terasa. Shani duduk disamping ibu nya yang sedang berbicara dengan ibu Gracia dan ibu Feni.

"Shani, bagaimana Gracia? Dia baik-baik saja, kan?" Tanya Nyonya Harlan.

"Gracia baik-baik saja, ma. Dia sedang tidur." Jawab Shani.

Nyonya Harlan pun menghela nafas lega lalu tersenyum pada Shani. "Feni bukan hanya sekedar seorang kakak untuk Gracia. Bahkan Feni lebih perhatian pada Gracia dari pada Mama." Nyonya Harlan mulai terisak.

Shani menghela nafas panjang mendengarnya. Rasanya dia tidak ingin lagi melihat kesedihan itu.

"Mama, Papa, Paman, Bibi.." Shani memanggil kedua orang tuanya, kedua orang tua Gracia dan kedua orang tua Feni, sambil menatap satu per satu wajah sedih mereka.

Mereka semua menatap Shani. Termasuk Kelvin dan Hary yang juga semua yang ada disitu. Shani menarik nafasnya dalam-dalam agar keberaniannya terkumpul.

"Aku tahu, hubunganku dengan Gracia masih sangat baru. Dan aku tahu, aku belum pantas untuk mendampingi seorang Shania Gracia. Apalagi mengambil putri tercinta Mama dan Papa dari sisi kalian. Tapi.. aku merasa yakin kalau aku bisa membuat putri kalian bahagia dengan caraku. Aku akan berusaha melindungi putri kalian dengan caraku. Dan aku akan mencintai Shania Gracia seumur hidupku, dengan caraku." Shani berhenti sejenak untuk menenangkan detak jantungnya yang tiba-tiba berdetak kencang melihat tatapan Tuan Harlan yang sangat tajam namun menenangkan.

Shani menarik nafas panjang sekali lagi. "Izinkan aku membawa pergi Gracia dari sini dan hidup denganku dimanapun Gracia inginkan. Aku akan menjaganya, melindunginya, dan membuatnya selalu bahagia bersamaku. Gracia memintaku membawanya pergi jauh dari sini karena tidak sanggup tinggal di kota yang penuh dengan kenangan terhadap Feni." Akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Shani.

Suasana hening setelah Shani mengucapkan hal itu. Gita, Beby, Shanju, Sisca, Bumi, Hary, Angel dan Kelvin hanya diam menunggu jawaban dari Tuan dan Nyonya Harlan.

"Menurutku itu ide bagus. Paman setuju kalau kau mau membawa pergi Gracia dari sini. Paman yakin kau mampu menjaga Gracia, Nak." ayah Feni menyetujuinya, diikuti anggukan kepala oleh istrinya.

"Pa.. Aku juga setuju. Disini kita selalu mengandalkan Feni untuk menjaga Gracia, dan sekarang Feni sudah tidak ada. Gracia tidak akan mau tinggal dengan kita di Surabaya." Nyonya Harlan ikut menyetujui.

Tuan Harlan menarik nafas panjang dan tatapan tidak lepas dari Shani.

"Bawalah anakku pergi setelah kau menikah dengannya. Aku percaya padamu, Shani. Tapi tetap saja, aku ingin kau menunjukkan keseriusanmu pada putriku dengan menikahinya." Ujar Tuan Harlan.

"Aku memang berniat akan menikahinya, Pa. Hanya saja tidak dalam waktu dekat ini. Kami masih..."

"Menikahlah besok, atau tidak sama sekali." Tuan Harlan memotong ucapan Shani, dengan tegas.

Semua yang ada disana terkejut. Tidak menyangka akan hal itu.

"Pa.." Kelvin membuka suara. "Akan menjadi berita yang tidak baik kalau mereka melangsungkan pernikahan sehari setelah kita berduka cita seperti ini." Ujar Kelvin dengan sopan.

"Apa kita tidak mampu menutup mulut para media?" Tanya Tuan Harlan pada Kelvin.

Kelvin hanya diam. Dia mengerti dengan karakter ayahnya yang keras.

"Lebih baik kita tanyakan saja pada Gracia dulu. Dia setuju atau tidak kalau..."

"Aku setuju."

Suara Gracia mengejutkan mereka semua. Tidak ada yang menyadari kedatangan Gracia karena mereka semua terfokus pada Shani dan Tuan Harlan sejak tadi.

Sure ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang